Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Yen Melemah Sampai Akhir Tahun

Mata uang yen diperkirakan akan melanjutkan tren pelemahan sampai akhir 2016 ke posisi 110 per dolar AS seiring dengan menguatnya peluang pengerekan suku bunga Federal Reserve pada bulan depan
Yen diprediksi melemah hingga akhir tahun./.Reuters`
Yen diprediksi melemah hingga akhir tahun./.Reuters`

JAKARTA—Mata uang yen diperkirakan akan melanjutkan tren pelemahan sampai akhir 2016 ke posisi 110 per dolar AS seiring dengan menguatnya peluang pengerekan suku bunga Federal Reserve pada bulan depan.

Pada perdagangan Selasa (15/11) pukul 18:06 WIB mata uang yen naik 0,12 poin atau 0,11% menuju ke 108,28 per dolar AS. Ini menunjukkan yen sudah menguat 9,81% sepanjang tahun berjalan (year to date/ ytd). 

Dalam waktu yang sama, indeks dolar AS terkoreksi 0,29% menjadi 99,82. Artinya, indeks sudah meningkat 1,22% secara ytd.

Emirates NBD Research & Treasury dalam risetnya menyampaikan, JPY menjadi korban terbesar dari reli USD dengan penurunan 3,3% sepanjang pekan lalu. Harga pun merosot tajam dari 101 per dolar AS mendekati 107 per dolar AS.

Pelemahan JPY mencerminkan pulihnya sentimen pasar terhadap aset-aset berisiko. Kekhawatiran awal investor tentang Presiden Trump mereda setelah pidato kemenangannya yang bernada sejuk.

Dari internal Jepang, pasar akan berfokus pada rilis data pertumbuhan domestik bruto atau PDB kuartal III/2016 yang meningkat 2,2% secara tahunan (year on year/yoy). Ini melebihi ekspektasi konsensus ekonom sebesar 0,8% dan meningkat dari triwulan sebelumnya 0,7%. 

Sampai akhir tahun, harga JPY berpeluang untuk ditutup di atas 108 per dolar AS. Bahkan, peluang mencapai 110 per dolar AS masih terbuka.

Nordine Naam, Research Analyst perusahaan finansial Natixis, menyampaikan dolar AS melonjak tajam setelah Trump memenangkan Pilpres setelah sebelumnya berfluktuasi akibat kecemasan pasar. Pengumuman rencana alokasi dana infrastruktur sebesar US$500 miliar--US$1 triliun disambut antusias oleh pasar.

Sentimen tersebut mengindikasikan adanya sinyal pertumbuhan ekonomi yang lebih beserta tingkat inflasi yang lebih tinggi. Pasar pun mengabaikan semua langkah proteksionis Trump yang berefek negatif terhadap dolar.

Jika Trump tidak mengumumkan langkah-langkah proteksionis sebelum disumpah pada 20 Januari 2017, dolar AS akan terus terapresiasi. Sentimen pendorong utama ialah prospek menguatnya pertumbuhan ekonomi dan pengerekan suku bunga The Fed.

Mengenai hubungan dengan China, para penasihat sang presiden anyar tampaknya ingin menenangkan kekhawatiran adanya perang perdagangan. Sementara terkait Meksiko, Trump sekarang berbicara tentang pagar, bukan lagi dinding pembatas, dan mendeportasi 2 hingga 3 juta penjahat. 

Namun, sentimen itu bukan menjadi suatu hal yang mengesankan pasar. Pasar lebih menyorot sentimen positif dari sikap Trump yang masih membebaskan kebijakan moneter Federal Reserve.

Sejauh ini, aset berisiko dan dolar AS tampaknya akan bereaksi seperti saat pengumuman Brexit pada 24 Juni 2016. Kini, pasar berfokus prospek jangka pendek dan fundamental melalui program ekonomi Paman Sam di bawah pimpinan Trump.

Dalam jangka pendek, perhatian pasar akan Federal Open Market Committee (FOMC) tanggal 13--14 Desember 2016 dan komposisi pemerintahan AS yang baru, terutama pada posisi yang memengaruhi kebijakan ekonomi. Secara keseluruhan, proyeksi terhadap Trump yang cenderung positif terhadap pertumbuhan ekonomi AS membuat greenback berbalik rebound.

"Rebound tajam dolar AS mengantisipasi akan adanya pertumbuhan dan inflasi yang lebih kuat di AS. Akibatnya indeks dolar bakal mencapai poin 100 pada 2016 dan 102 pada 2017 sekaligus," ujarnya dalam riset.

Penguatan dolar menyebabkan tekanan terhadap mata uang G10 lainnya, apalagi dengan naiknya ekspektasi pengerekan suku bunga pada Desember. Adapun yen berpeluang menuju 110 per dolar AS dalam jangka pendek.

Dalam riset lainnya, National Bank of Abu Dhabi (NBAD), memaparkan hasil pemilu AS memberikan sentimen yang sangat positif kepada dolar, terutama terhadap yen. Investor berharap kemenangan Trump dapat mendorong stimulus fiskal dan pertumbuhan ekonomi.

Optimisme ini berasal dari pernyataan Trump soal pemotongan pajak dan meningkatkan belanja pemerintah. Dengan perkembangan USD-JPY yang mengesankan, BOJ diperkirakan menunda tindakan pengetatan moneter lebih lanjut.

Secara teknikal, penawaran terhadap USD-JPY masih akan tinggi menjelang level 107 per dolar AS. Namun, harga diprediksi meningkat lebih lanjut menuju 110 per dolar AS.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis Central Capital Futures, menyampaikan BOJ memang menginginkan yen melemah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi domestik yang terjebak deflasi dengan suku bunga rendah dan stimulus. Pasalnya, selama ini yen menjadi salah satu aset haven di tengah ketidakpastian global.

Namun, pelemahan yen yang terjadi begitu cepat saat ini bukan menjadi keinginan BOJ dan pemerintah setempat. Baik bank sentral maupun pemerintah juga tidak menargetkan harga yen di level berapa dengan spesifik.

Sampai akhir tahun, lanjut Wahyu, harga JPY dapat terus merosot menuju 110 per dolar AS. Sentimen utama yang menekan ialah pengerekan suku bunga The Fed pada Desember.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : Bisnis Indonesia (16/11/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper