Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fundamental Kokoh, Harga Timah Menguat Sampai 2017

Harga timah diperkirakan akan menguat sampai 2017 seiring dengan membaiknya faktor fundamental.
Aktivitas bisnis inti PT Timah/Antara-Maha Eka Swasta
Aktivitas bisnis inti PT Timah/Antara-Maha Eka Swasta

Bisnis.com, JAKARTA—Harga timah diperkirakan akan menguat sampai 2017 seiring dengan membaiknya faktor fundamental. Meskipun demikian, pasar masih mengantisipasi lonjakan produksi dari Myanmar yang mencapai puncaknya pada tahun ini.

Pada penutupan perdagangan Senin (31/10) harga timah di bursa London Metal Exchange (LME) naik 0,24% atau 50 poin menjadi US$20.700 per ton. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan harga timah sudah meningkat 42,22%.

Standard Chartered Bank memaparkan, harga timah pada paruh kedua 2016 meneruskan tren reli dan menembus posisi tertinggi dalam dua tahun terakhir di level US$20.000 per ton. Namun, pasar yang sebelumnya mengalami defisit pada semester I/2016 mulai beranjak menuju surplus yang tipis.

Dalam hal ini, persediaan stok di LME menjadi sentimen utama untuk melihat pergerakan fundamental. Tingginya harga mulai merangsang produsen untuk memacu produksi, sehingga suplai dapat bertumbuh.

Ekspor timah dari Indonesia, sebagai produsen timah kedua terbesar di dunia, misalnya sudah mengalami rebound ke level tertinggi 15 bulan terakhir pada September 2016. Sementara volume perdagangan di bursa domestik menunjukkan ekspor bakal semakin tinggi pada Oktober.

Dengan melihat data ini, Standard Chartered memprediksi selisih antara pasokan dan konsumsi timah pada kuartal IV/2016 cenderung menipis, sehingga kenaikan harga menjadi lebih terbatas.

“Meskipun perbedaan jangka pendek antara harga dan tren fundamental, kami masih memprediksi surplus pasar baru muncul pada akhir 2017 sebesar 5.000 ton,” papar laporan yang dikutip Bisnis.com, Selasa (1/11/2016)

Perusahaan pun menaikkan proyeksi rerata harga timah pada 2017 sebesar US$21.750 per ton dari prediksi sebelumnya senilai US$20.000 per ton. Sementara untuk tahun ini, rerata harga berada di US$17.715 per ton, walaupun melonjak tinggi ke US$20.000 per ton pada kuartal terakhir.

Pandangan bullish terhadap timah sampai tahun depan bukan tanpa halangan. Pasalnya, survei International Tin Research Institute (ITRI) menyimpulkan produksi Myanmar akan mencapai puncaknya pada 2016.

Sentimen dari Myanmar secara signifikan dapat menghambat volume produksi timah olahan di China. Berdasarkan data Bank Dunia pada 2014, tiga negara produsen timah terbesar ialah China sebanyak 146.600 ton, Indonesia 68.400 ton, dan Myanmar 24.000 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper