Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan China Turun, Harga Batu Bara Kian Membara

Harga batu bara semakin memanas setelah produksi China menyusut dalam sembilan bulan pertama 2016 sebagai upaya pemerintah membatasi kegiatan penambangan

Bisnis.com, JAKARTA--Harga batu bara semakin memanas setelah produksi China menyusut dalam sembilan bulan pertama 2016 sebagai upaya pemerintah membatasi kegiatan penambangan.

Pada penutupan perdagangan Selasa (18/10), harga batu bara kontrak Desember 2016 yang merupakan kontrak teraktif di bursa Rotterdam meningkat 5,12% atau 4 poin menjadi US$82,05 per ton. Angka tersebut merupakan level tertinggi dalam 25 bulan terakhir dan membuat kenaikan harga sepanjang tahun berjalan mencapai 91,03%%.

Data Biro Statistik Nasional China memperlihatkan, produksi batu bara pada September 2016 turun 0,4% dari bulan sebelumnya dan 12,3% dibandingkan September 2015 menuju 276,96 juta ton. Hasil ini sekaligus menunjukkan hasil penambangan batu hitam dalam semilan bulan pertama 2016 sudah merosot 10,5%.

Sebagai produsen batu bara terbesar di dunia, Presiden China Xi Jinping mengatur agar tingkat produksi diturunkan dari setara 330 hari menjadi hanya 276 hari. Akan tetapi, sejumlah perusahaan berencana meningkatkan output untuk mendinginkan harga yang melonjak lebih dari 50% pada tahun ini.

Leo Wu, analyst Guotai Junan Securities Co., mengatakan pasar belum melihat adanya efek berarti dari tingkat produksi batu bara domestik dan kebijakan pemerintah yang baru belakangan ini. Menurutnya, masih ada peluang tingkat produksi bisa bertumbuh.

"Ini adalah proses bertahap bagi penambang untuk meningkatkan produksi. Kemungkinan kita melihat dorongan output pada Desember," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (19/10/2016).

Bea Cukai juga menyebutkan, impor batu bara pada September turun 8,1% dari bulan sebelumnya menjadi 24,4 juta ton. Data ini mengindikasikan adanya pelemahan penyerapan.

Laporan Bank Dunia menyebutkan pemerintah China berencana mengurangi stok batu bara antara 60%-64% sampai 2020 dan beralih ke tenaga nuklir, gas alam, serta energi terbarukan. Produksi batu hitam nasional juga dipangkas sebesar 500 ton dalam 3-5 tahun ke depan.

Meskipun demikian, rerata harga batu bara pada 2016 masih berpeluang untuk terkoreksi. Pasalnya, impor China bakal melemah walaupun permintaan India dan pasar negara berkembang lainnya meningkat.

Di sisi lain, Federal Reserve berpeluang menaikkan suku bunga pada Desember. Alhasil mata uang dolar AS semakin menguat dan menekan harga komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper