Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak WTI Sulit Mencapai US$50, Ini Alasannya

Harga minyak sampai akhir tahun sulit mencapai level US$50 per barel jika tidak ada kesepakatan antara tiga kubu dalam membatasi produksi. Tiga kubu tersebut ialah OPEC, non OPEC yang mencakup Rusia dan Oman, serta negara yang tidak berkelompok seperti AS dan Kanada.
Minyak/Ilustrasi
Minyak/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sampai akhir tahun sulit mencapai level US$50 per barel, jika tidak ada kesepakatan antara tiga kubu dalam membatasi produksi.

Tiga kubu tersebut ialah OPEC, non OPEC yang mencakup Rusia dan Oman, serta negara yang tidak berkelompok seperti AS dan Kanada.

Pada perdagangan Kamis (29/9/2016) pukul 16:28 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2016 turun 0,25 poin atau 0,53% menjadi US$46,8 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak November 2016 merosot 0,43 poin atau 0,88% menjadi US$48,26 per barel.

Sebelumnya, harga minyak sempat mencatatkan kenaikan tertinggi sejak April 2016, karena OPEC untuk pertama kalinya menyepakati mengurangi produksi sejak 8 tahun terakhir. Kesepakatan informal ini dilakukan dalam agenda International Energy Forum di Aljazair.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh mengatakan, OPEC sepakat mengurangi produksi menjadi sekitar 32,5 juta -- 33 juta barel per hari. Artinya, organisasi setuju memangkas pasokan baru sekitar 700.000 barel per hari dari level produksi sebelumnya sejumlah 33,24 juta barel per hari.

Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, mengatakan selain faktor OPEC, harga minyak kemarin meningkat akibat dua faktor besar, yakni naiknya proyeksi pertumbuhan domestik bruto (PDB) China periode 2016 dan menurunya persediaan minyak AS.

Asian Development Bank (ADB) menaikkan proyeksi PDB China untuk tahun ini, dari sebelumnya 5,8% menjadi 6,6%. Sentimen ini turut memperkuat harga komoditas, seperti minyak, karena meningkatnya ekspektasi bertumbuhnya permintaan.

Harga minyak terdorong sentimen positif dari menurunnya persediaan minyak mentah mingguan AS. Data U.S. Energy Information Administration (EIA) yang dirilis Rabu (28/9) menunjukkan stok minyak mentah AS per Jumat (23/9/2016) menurun 1,88 juta barel menuju 502,7 juta barel.

Angka stok terbaru menunjukkan posisi terendah sejak awal Februari 2016. Selain itu, hasil ini melanjutkan tren positif pada pekan sebelumnya karena persediaan merosot 6,2 juta barel.

"Tanpa keputusan OPEC pun harga minyak berpotensi menghijau dengan adanya sentimen dari AS dan China. Karena langkah OPEC mengurangi produksi 700.00 barel per hari belum sesuai ekspektasi pasar," tutur Ibrahim kepada Bisnis.com, Kamis (29/9/2016).

Menurutnya, saat ini suplai pasar minyak dikuasasi oleh tiga kubu, yakni OPEC, non OPEC yang mencakup Rusia dan Oman, serta negara yang tidak berkelompok seperti AS dan Kanada. Bila pembatasan produksi dilakukan secara serius, maka harus melibatkan ketiga kubu tersebut.

Sayangnya, meski OPEC menyuarakan pembatasan produksi, dua kubu lainnya belum mengonfrimasi akan turut serta. Alhasil harga minyak masih akan tertekan oleh surplus pasokan.

Ibrahim memprediksi, harga minyak hingga akhir tahun bergerak di level US$40,8--US$49 per barel. Harga bisa saja mencapai US$50 per barel, tetapi harus melewati level resistance kuat di US$49.

"Terlalu dini kalau menyebut harga dalam waktu dekat bisa ke US$50, karena level US$49 juta belum tercapai," tandasnya.

Apalagi Federal Reserve dipercaya bakal mengerek suku bunga pada Desember 2016, sehingga menguatkan indeks dolar. Sentimen ini secara langsung akan menekan harga-harga komoditas, termasuk minyak mentah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper