Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keputusan OPEC Belum Memuaskan, Harga Minyak Tergelincir

Harga minyak mentah kembali merosot setelah sempat menghijau akibat rencana OPEC membatasi produksi dan menurunnya stok mingguan Amerika Serikat.
Harga minyak turun/nicholloils.com
Harga minyak turun/nicholloils.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah kembali merosot setelah sempat menghijau akibat rencana OPEC membatasi produksi dan menurunnya stok mingguan Amerika Serikat. Namun, langkah setengah hati OPEC membuat investor kurang yakin, sehingga memicu aksi profit taking (ambil untung).

Pada perdagangan Kamis (29/9/2016) pukul 16:28 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2016 turun 0,25 poin atau 0,53% menjadi US$46,8 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak November 2016 merosot 0,43 poin atau 0,88% menjadi US$48,26 per barel.

Sebelumnya, harga minyak sempat mencatatkan kenaikan tertinggi sejak April 2016, karena OPEC untuk pertama kalinya menyepakati mengurangi produksi sejak 8 tahun terakhir. Kesepakatan informal ini dilakukan dalam agenda International Energy Forum di Aljazair.

Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh mengatakan, OPEC sepakat mengurangi produksi menjadi sekitar 32,5 juta -- 33 juta barel per hari. Artinya, organisasi setuju memangkas pasokan baru sekitar 700.000 barel per hari dari level produksi sebelumnya sejumlah 33,24 juta barel per hari.

Deddy Yusuf Siregar, Analis Asia Tradepoint Futures, menuturkan keputusan OPEC yang hanya memangkas sedikit tingkat produksi mengecewakan pasar. Pengurangan produksi sebesar 700.000 barel per hari hanya merangsang harga sesaat.

Saat ini, investor masih melakukan kalkulasi berapa jumlah pasokan dan permintaan minyak mentah di pasar. Meski OPEC setuju membatasi produksi, negara anggota seperti Iran, Libya, dan Nigeria tetap diberikan keleluasaan dalam menghasilkan minyak.

Iran membutuhkan kembali pasarnya yang hilang setelah embargo ekspor minyaknya dicabut pada Januari 2016. Negara ini memiliki potensi produksi 4 juta barel per hari.

Adapun Libya dan Nigeria perlu memacu produksi setelah fasilitas minyak mereka rusak akibat serangan teroris. Keduanya bakal menambah pasokan baru sebanyak 840.000 barel per hari ke pasar dalam beberapa minggu ke depan.

Di Libya, perusahaan lokal berpotensi membuka pasokan baru sebanyak 300.000 barel per hari. Adapun di Nigeria, Exxon Mobil Corp., siap mengekspor minyak mentah sejumlah 340.000 barel per hari dan Royal Dutch Shell Plc., sebesar 200.000 barel per hari.

""Keputusan OPEC masih setengah hati, karena pemangkasan produksinya tipis. Di sisi lain, pertemuan di Aljazair hanya rapat informal. Jadi belum bisa mengonfirmasi kenaikan harga minyak," papar Deddy kepada Bisnis.com, Kamis (29/9/2016)

Pasar masih akan melihat rencana pemangkasan produksi pada November di Wina, Austria, antara OPEC dan non OPEC. Akan tetapi, pasar masih belum yakin pertemuan tersebut memberikan hasil yang signifikan.

Menurutnya, hingga akhir 2016 harga minyak mentah cenderung akan konsolidasi. Rentang harga minyak WTI diperkirakan antara US$44--US$50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper