Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diskusi OPEC dan Rusia Diprediksi Mandek, Harga Minyak Merosot

Harga minyak kembali tertekan setelah pasar memprediksi International Energy Forum (IEF) pada pekan depan tidak akan menghasilkan keputusan signifikan perihal pemangkasan produksi.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak kembali tertekan setelah pasar memprediksi International Energy Forum (IEF) pada pekan depan tidak akan menghasilkan keputusan signifikan perihal pemangkasan produksi.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23/9), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2016 turun 1,84 poin atau 3,97% menjadi US$44,48 per barel. Sementara itu, harga minyak Brent kontrak November 2016 merosot 1,76 poin atau 3,69% menjadi US$45,99 per barel.

Ed Morse, head of commodities research Citigroup Inc., menuturkan saat ini masih sulit menilai sejauh mana implementasi dari rencana OPEC dan Rusia untuk menstabilkan pasar dalam ajang IEF pada 26-28 September 2016 di Aljazair.

Pasar kurang meyakini upaya para produsen minyak mentah utama untuk membekukan produksi. Mengacu dari pengalaman sebelumnya, pertemuan pada Februari dan April berakhir tanpa kesepakatan apapun.

Menurut dua orang sumber Bloomberg, Arab Saudi dan Iran gagal mencapai kesepakatan dalam pertemuan dua hari di Wina, Austria pada pekan lalu. Pertemuan tersebut dianggap sebagai persiapan menuju kongres di Aljazair.

Arab Saudi juga dipercaya tidak akan membuat keputusan resmi pada pertemuan IEF. Pembicaraan resmi terkait pembatasan produksi bakal rencananya dilakukan dalam pertemuan OPEC tanggal 30 November 2016 di Wina.

Kebuntuan diksusi antar negara di Timur Tengah meredupkan proyeksi OPEC dan Rusia bakal bekerja sama untuk mengekang pasokan. Salah satu sumber menyebutkan Negeri Beruang Merah bakal turut serta dalam pembekuan produksi bila anggota OPEC sudah satu suara perihal pembatasan suplai.

"Saat ini masih sulit untuk sampai pada kesimpulan sejauh mana pembekuan produksi akan atau bisa dilakukan," ujar Morse seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (25/9/2016).

Menurut sumber lainnya, Arab Saudi baru bersedia mengurangi produksi jika Iran pun membatasi produksinya dari level saat ini di kisaran 3,6 juta barel per hari. Sepanjang 2016, Negeri Minyak kerap mengekang pasokan.

Walaupun demikian, produksi mencapai rekor pada bulan lalu sebesar 10,7 juta barel per hari seiring dengan melonjaknya penggunaan AC di musim panas. Angka tersebut meningkat 490.000 barel per hari dibandingkan level produksi Januari 2016.

Penawaran Saudi kepada Iran menandakan anggota OPEC mulai gerah dengan strateginya sendiri. Strategi tersebut ialah membanjiri pasar dengan pasokan minyak mentah, sehingga negara lain dengan biaya produksi lebih tinggi mengerem suplai.

Namun, kini pasar sudah dalam kondisi surplus, sehingga menekan harga dan kinerja negara-negara produsen. International Energy Agency memprediksi situasi over suplai bakal bertahan sampai 2017 dan harga bertahan di bawah US$50 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper