Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mampukah Indonesia Menjadi Acuan Harga Timah Dunia?

Sejatinya, Indonesia adalah produsen komoditas tambang timah terbesar kedua di dunia. Sayangnya, Indonesia sebagai penyumbang 70% ekspor timah dunia justru tak turut andil dalam menetukan harga tins tersebut.
Timah batangan. /Bisnis.com
Timah batangan. /Bisnis.com

Bisnis.com, NUSADUA--Sejatinya, Indonesia adalah produsen komoditas tambang timah terbesar kedua di dunia. Sayangnya, Indonesia sebagai penyumbang 70% ekspor timah dunia justru tak turut andil dalam menetukan harga tins tersebut.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan, mencatat produksi timah dari Indonesia menyumbang 26% dari total pasokan di dunia. Produksi timah nusantara hanya dikalahkan oleh China yang lebih banyak diserap oleh pasar dalam Negeri Tirai Bambu itu.

Sejumlah pihak ingin agar Indonesia menjadi penentu harga timah dunia. Langkah-langkah terus digalang guna mendukung Tanah Air sebagai penentu perdagangan timah, termasuk oleh Bursa Komoditi dan Derifatif (BKDI).

Tercatat, lantai bursa yang memperdagangkan timah di dunia terdapat di BKDI, London Metal Exchange (LME), dan Kuala Lumpur Tin Market (KLTM). Referensi harga justru tidak ditentukan oleh bursa logam yang berasal dari produsen terbesar.

Penentu harga timah dunia didominasi oleh LME di London Inggris yang bukan sebagai produsen timah. Bahkan, Indonesia baru saja memiliki pasar komoditas berjangka pada tiga tahun terakhir dengan nama Indonesia Commodity Derivatives Exchange (ICDX).

Chief Excutive Officer ICDX Megain Widjaja menuturkan keberadaan bursa timah di Indonesia telah berdampak besar terhadap tata niaga penjualan logam tersebut. Kini, timah asal Indonesia memiliki standar yang sama dengan memberikan nilai tambah dalam perdagangan internasional.

"Royalti timah itu sebesar 3% dari harga jual, sehingga kalau tidak ada standar, negara dirugikan. Bursa komoditi bisa membuat standardisasi yang bisa menjadi acuan," katanya, Senin (19/9/2016).

Megain menguraikan persoalan industri timah di hadapan 250 pelaku pasar dari 15 negara pada Indonesia TIN Conference & Exhibition 2016 di Nusa Dua, Bali. Untuk ketiga kalinya, Indonesia menggelar konferensi internasional bagi pelaku pasar timah dunia.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, ITCE kali ini mengangkat tema “Navigating Indonesia Becoming The Global Leader in Tin Industry”, yang akan memperkuat posisi Indonesia dalam kancah perdagangan global melalui sektor industri timah.

Ajang ITCE 2016 pada 18-20 September ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen timah dengan kualitas terbaik di dunia dan akan memberikan arahan terbaik bagi para pelaku industri timah Indonesia hingga dapat memimpin industri timah dunia.

Keberadaan ICDX diklaim juga dapat menjawab persoalan penjualan timah secara ilegal. Bayangkan saja, Malaysia dan Singapura yang tidak memiliki penambangan timah dalam jumlah besar, justru pernah menjadi pengekspor logam tersebut paling besar di dunia.

Kini, setiap timah yang diperdagangkan di bursa komoditi harus memiliki asal muasal bijih dengan keterangan lingkungan yang lengkap. Penjual harus mengikuti standar, sehingga pembeli mendapatkan garansi pasokan serta kualitas.

Megain mengaku gembira, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, pelaku pasar dunia telah bergantung pada Indonesia sebagai rujukan harga timah fisik dunia. Misalnya, LME mulai mengikuti harga acuan timah yang diperdagangkan di ICDX.

Memang, transaksi di bursa komoditas timah Indonesia baru diramaikan oleh 35 penjual dan 29 pembeli. Dia berharap, semakin ramainya pelaku pasar di bursa komoditas itu akan menjadi penentu harga pasar timah dunia yang masih tertekan.

Meski begitu, penjual timah di ICDX telah tumbuh 400% dan pembeli 107% semenjak awal. Keberadaan ICDX juga membuat transaksi ekspor timah dari Tanah Air meningkat 33%.

Sejak adanya ICDX, sambungnya, fluktuasi harga timah di pasar global semakin stabil. Pergerakan harga timah di Indonesia pada 2011 mencapai 28,24%, sedangkan setelah adanya ICDX pada periode Januari-Juli 2016 hanya mencapai 14,06%.

Bahkan, harga timah di ICDX pada Januari berada pada Rp14.024. Harga ini terus meningkat secara signifikan, hingga menyentuh harga rerata sebesar Rp19.000 pada Agustus 2016.

Langkah lainnya diungkap oleh Megain untuk meningkatkan daya saing industri timah Tanah Air. Bulan ini, pemerintah melalui Ditjen Bea Cukai meresmikan pusat logistik berikat (PLB) untuk menampung produk logam tersebut yang sebelumnya disimpan di Singapura dan Malaysia.

"Kalau impor bisa, mengapa expor tidak bisa? Sehingga, pelaku pasar ingin mendapatkan aturan dan dapat pembiayaan yang dihitung onshore rate, jauh lebih kompetitif," tuturnya.

Selama ini para pembeli timah Indonesia lebih memilih menyimpan timah mereka di Singapura. Akibatnya Indonesia telah kehilangan potensi pendapatan negara lebih dari US$16 juta setara dengan Rp209,9 miliar setiap tahunnya.

Chairman Indonesian Tin Smelters Association (AETI) Jabin Sufianto menambahkan dari sisi produksi, kapasitas terpasang pabrik pemurnian timah di Indonesia baru mencapai utilisasi 21% dari total kapasitas 268.000 ton. Utilisasi itu terbilang paling rendah sejak 15 tahun terakhir.

"Utilisasi 21% terjadi karena banyaknya kebocoran dan ekspor pasir timah ilegal. Indonesia tidak perlu lagi membangun smelter timah, karena ekspor tahun ini diprediksi hanya sekitar 60.000 ton," ucapnya.

Selain tekanan harga yang terus melanda komoditas timah, sambungnya, besarnya ekspor ilegal juga membuat produksi Tanah Air menyusut. Indonesia pernah menjadi pengekspor 115.000-120.000 ton timah setahun. Tapi, diperkirakan ekspor dari Indonesia hanya mencapai 60.000 ton pada tahun ini.

Kapasitas produksi tahun ini dinilai telah menyentuh level terendah lebih dari satu dasawarsa. Bila ekspor ilegal dapat diatasi, utilisasi smelter timah diperkirakan dapat meningkat sehingga royalti yang dibayarkan untuk negara juga bertambah.

Kepala Bappebti Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan prospek timah masih cerah dalam beberapa waktu ke depan. Kebutuhan logam industri ini bakal terangkat seiring perkembangan otomatisasi, komputerisasi hingga robotisasi yang terjadi di dunia.

Akan tetapi, masifnya penambangan timah sejak ratusan tahun lalu berpeluang menggerus cadangan timah di Indonesia. Diperkirakan, dalam waktu 10-15 tahun mendatang, cadangan timah domestik bakal habis.

Bachrul menjelaskan penambangan timah yang lebih tertata dapat menjaga stabilitas cadangan, terutama tata niaga yang lebih sustainable. Transaksi di ICDX dinilai dapat menjaga keberlangsungan industri logam tersebut.

Transaksi ICDX pada 2013 memperdagangkan 18.000 ton timah, kemudian meningkat menjadi 54.000 ton pada 2014. Selanjutnya terus meningkat menjadi 70.000 ton pada 2015 dan pada semester I/2016 mencapai 32.600 ton timah.

Dia yakin, harga timah akan kembali rebound pada 2-3 tahun mendatang seiring dengan pulihnya perekonomian global. Bahkan, rencana penaikkan suku bunga acuan oleh bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, juga dapat mendorong peningkatan harga timah dunia.

"Kalau The Fed menaikkan suku bunga, indikasi perekonomian dunia membaik. Kalau pertumbuhan ekonomi positif, industri timah akan lebih cerah," ujarnya.

Menurut dia, banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan harga timah dunia, seperti produksi timah, permintaan produk timah hingga stabilitas perekonomian dunia.

Sebagai produsen timah ke-dua terbesar di dunia, Indonesia harus memiliki peran yang strategis untuk bisa berkontribusi dalam proses pembentukan harga timah dunia. Sehingga industri timah Indonesia dapat lebih maju dan menjadi pemimpin di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper