Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK: Saudi & Rusia Sepakat Stabilkan Pasar, Reli WTI Tak Berlanjut

Minyak West Texas Intermediate melemah 0,50% atau 0,22 poin ke US$44,22 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 5.59 WIB
 Minyak kembali melemah./.Bloomberg
Minyak kembali melemah./.Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah bertahan di atas US$44 per barel setelah Arab Saudi dan Rusia sepakat untuk bekerja sama memastikan stabilitas pasar, sementara para pemimpin berhenti menawarkan proposal rinci.

Minyak West Texas Intermediate melemah 0,61% ke US$44,17 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 06.21 WIB. WTI sebelumnya menguat US$1,28 ke US$44,44 pada hari Jumat, yang merupakan kenaikan terbesar sejak 18 Agustus. Jumlah volume yang diperdagangkan mencapai 4,6% di bawah rata-rata 100 hari.

Brent melemah 0,53% ke US$46,58 per barel. Sementara itu, minyak Brent untuk kontrak November menguat US$1,38 atau 3% di US$46,83 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, Jumat.

Seperti dilansir Bloomberg, minyak mentah naik ke tertinggi dalam dua pekan terakhir pada hari Jumat ketika Presiden Vladimir Putin mengatakan ia ingin OPEC dan Rusia setuju untuk membekukan pasokan minyak mentah untuk menstabilkan pasar.

Sementara itu, Wakil Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman mengatakan stabilitas minyak-pasar adalah mustahil tanpa kerjasama Saudi-Rusia. Namun, dua produsen minyak mentah terbesar ini belum menawarkan proposal rinci.

"Negara kami adalah dua produsen minyak terbesar, itu sebabnya tidak mungkin ada kebijakan untuk mentabilkan pasar minyak tanpa partisipasi dari Rusia dan Arab Saudi," kata Mohammed seperti dikutip Bloomberg

Sementara itu, Putin mengatakan bahwa penting bagi kedua negara untuk mempertahankan dialog saecara permanen.

Minyak menguat 7,5% pada Agustus di tengah spekulasi bahwa pembicaraan di Algiers pada akhir September dapat menghasilkan kesepakatan untuk menstabilkan pasar minyak. Sebuah kesepakatan pembekuan antara anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan produsen lain diusulkan pada Februari, namun pertemuan di Doha pada April berakhir tanpa kesepakatan akhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper