Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Kontrak Berjangka Gandum Kian Murah

Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan tak hanya harga hard komoditas saja yang jatuh, tetapi harga soft komoditas seperti gandum juga ikut tertekan.
/Reuters
/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA--Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengungkapkan tak hanya harga hard komoditas saja yang jatuh, tetapi harga soft komoditas seperti gandum juga ikut tertekan.

Dia menilai kondisi tersebut masih dipengaruhi penantian sentimen pidato Gubernur Federal Reserve Jannet Yellen.

Pada perdagangan Jumat (26/8/2016) pukul 18:21 WIB harga gandum pada bursa Chicago untuk kontrak perdagangan Desember 2016 turun 0,5 poin menjadi US$423,25 per bushel. Bila dibandingkan year to date, harga gandum telah turun 15,62% dari posisi US$507,5 per bushel.

Adapun negara penghasil gandum seperti Ukraina dan Krimea di Rusia sedang menghadapi musim penghujan, sehingga penjualan gandum akan relatif murah. Sebab, gandum yang diperdagangkan tidak memiliki isi sepadat musim kering.

Menurutnya, hal tersebut hanya akan berdampak pada negara-negara yang membutuhkan gandum dalam jumlah besar seperti Mesir, sedangkan Asia tidak akan terlalu berdampak sebab lebih membutuhkan padi.

Saat ini, harga gandum yang turun hanya terjadi pada bursa berjangka saja, khususnya pada pasar multilateral, akan tetapi di pasar fisik tidak sama seperti pasar derivatif. Ibrahim menuturkan hanya pemain di pasar derivatif yang akan merasakan dampak dari penurunan harga gandum tersebut.

Bila ada perusahaan asal Indonesia yang ikut bertransaksi dalam pasar derivatif maka hal tersebut akan menguntungkan emiten domestik. Namun, tidak secara otomatis saat harga gandum turun, maka emiten yang menggunakan gandum impor langsung menurunkan produk berbahan gandum.

"Saat ini, harga gandum turun berada di pasar multilateral karena ada spekulan dan cukup likuid," ungkapnya, Jumat (26/8/2016).

Ibrahim mengungkapkan emiten yang menghasilkan produk gandum harus memperhatikan fundamental pasar. Saat ini, pasar masih menanti dari keputusan Yellen terkait rencana penaikan fed fund rate (FFR).

Menurutnya, bila FFR mengalami penaikan pada maka harga gandum berpotensi terdepresiasi lebih dalam, akan tetapi bila the Fed tak menaikan bunga maka harga gandum berpotensi akan naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper