Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Filipina Bertumbuh, Harga Nikel Bakal Melesu Kuartal IV/2016

Harga nikel diprediksi mencapai rerata puncak pada kuartal III/2016, yakni US$10.300 per ton. Namun, harga bakal merosot pada triwulan terakhir ke level US$9.900 per ton seiring dengan meningkatnya ekspor Filipina sebagai produsen terbesar di dunia.

Bisnis.com, JAKARTA--Harga nikel diprediksi mencapai rerata puncak pada kuartal III/2016, yakni US$10.300 per ton. Namun, nilai jual bakal merosot pada triwulan terakhir ke level US$9.900 per ton seiring dengan meningkatnya ekspor Filipina sebagai produsen terbesar di dunia.

Harga nikel LME pada penutupan Senin (22/7) menurun 0,87% atau 90 poin menuju US$10.265 per ton. Sebelumnya, harga mencapai puncak pada Rabu (10/8) di posisi US$10.860 per ton.

David Wilson dan Ed Morse, analis Citigroup Inc., dalam publikasi risetnya menyampaikan reli harga nikel tidak akan bertahan pada kuartal terakhir 2016. Pasalnya, pasokan dari Filipina bakal bertambah setelah adanya audit pertambangan. Audit membuat industri penambang mengurangi kapasitas produksinya.

Penutupan delapan industri tambang membuat produksi nikel Filipina berkurang 3% sepanjang paruh pertama 2016. Berdasarkan data Bank Dunia, pada 2015 Filipina memproduksi nikel sebanyak 317.000 ton dari total output global 1,884 juta ton.

Sementara China menjadi produsen nikel olahan sejumlah 575.000 ton dari total output dunia 1,916 juta ton. Negeri Panda juga menjadi konsumen nikel olahan terbesar, yakni 964.000 ton dari total penyerapan global sejumlah 1,933 juta ton. China membuat nickel pig iron (NPI), yakni feronikel kelas rendah yang digunakan dalam pembuatan stainless steel.

Pada paruh kedua 2016, produsen utama di Filipina, seperti Nikel Asia dan Feronikel Holdings bakal meningkatkan produksi dan ekspor. "Pasalnya, harga nikel meningkat begitu tinggi dan cuaca relatif membaik," tulis Citigroup seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (23/8/2016).

Citigroup memprediksi rerata harga nikel pada kuartal III/2016 mencapai puncaknya senilai US$10.300 per ton. Namun, harga bakal terkoreksi pada kuartal IV/2016 menuju ke US$9.900 per ton.

Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka, menuturkan harga nikel menguat akibat penutupan sementara pabrik-pabrik di Filipina, sebagai negara produsen terbesar di dunia. Masyarakat di sekitar industri mengklaim aktivitas perusahaan mencemari lingkungan.

Namun, pasar masih belum yakin apakah pemerintahan baru Filipina benar-benar akan mengurangi kapasitas produksi. Alasannya, negara yang melantik Rodrigo Duterte sebagai presiden pada Juni 2016 itu masih mengalami berbagai gejolak politik.

Standard Chartered dalam publikasinya memaparkan, pemotongan pasokan dan meningkatnya impor China menjadi basis fundamental yang mendorong terjadinya defisit di pasar pada tahun ini. Akan tetapi, surplus persediaan yang cukup besar membatasi kenaikan harga.

Pada kuartal III dan kuartal IV 2016, rerata harga nikel diperkirakan bergerak ke US$10.500 serta US$11.000 per ton. Kenaikan ini membuat rerata harga setahun mencapai US$9.875 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper