Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prediksi Emas Sepekan: Kebijakan Bank Sentral dan Data Ekonomi AS Jadi Sorotan

Emas Antam/JIBI-Abdullah Azzam
Emas Antam/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Harga emas diprediksi bergerak volatile menjelang rapat sejumlah bank sentral dan rilis data pekerja Amerika Serikat pada pekan ini. Meskipun demikian, harga masih cenderung bullish pada kuartal III/2016.

Pada perdagangan Selasa (2/8) pukul 17:07 WIB harga emas Gold Spot naik 7,03 poin atau 0,52% menuju US$1.360,18 per troy ounce. Sepanjang tahun berjalan harga bertumbuh 28,16%.

Harga batu kuning terdorong pelemahan dolar. Pada pukul 16:58 WIB, indeks dolar menurun 0,29% atau 0,276 poin menuju 95,437. Artinya, greenback sudah terkoreksi 3,24% sepanjang 2016.

Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan harga emas dalam sepekan akan bergerak naik-turun seiring sentimen dari rilis kebijakan dan data ekonomi terbaru. Tiga agenda utama yang diwaspadai pasar yaitu rapat Reserve Bank of Australia dan Bank of England (BOE), serta rilis non-farm payrolls (NFP).

Dalam rapat RBA, Selasa (2/8), bank sentral memutuskan untuk menurunkan suku bunga sebanyak 25 basis poin menjadi 1,5%. Langkah yang sama juga akan dilakukan BOE pada Kamis (4/8), yakni memangkas suku bunga sejumlah 25 basis poin menuju ke 0,25%.

Langkah keduanya bertujuan memacu geliat perekonomian di masing-masing negara. Negeri Kangguru menghadapi masalah disinflasi dan perlambatan tenaga kerja, sedangkan Inggris membutuhkan kestabilan setelah keluar dari Uni Eropa.

"Emas mulai volatil hari ini [Selasa (2/8)] dengan kemungkinan adanya penurunan suku bunga. Upaya mengstabilkan ini menaikkan selera investor ke bursa dan aset-aset berisiko, sehingga menjadi penghambat kenaikan emas," tuturnya kepada Bisnis.com

Adapun pada Jumat (5/8), Departemen Tenaga kerja AS bakal merilis data pekerja atau NFP periode Juni 2016. Data ini menjadi basis bagi pergerakan dolar dan The Fed dalam mengambil kebijakan, sehingga turut memengaruhi harga komoditas termasuk emas.

Putu mengungkapkan, cukup sulit memprediksi laporan NFP terkini. Pasalnya, data dalam tiga bulan terakhir menunjukkan fluktuasi yang lebar.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, NFP periode April sebesar 160.000, anjlok dari bulan sebelumnya sejumlah 208.000. Adapun pada Mei, angka hanya mencapai 38.000 yang menjadi level terendah sejak September 2010.

Data pekerja baru memberikan hasil positif pada Juni setelah melesat ke 287.000 atau level tertinggi sejak November 2015. Menurut sejumlah analis, Putu menyampaikan, NFP periode Juli diprediksi cenderung melemah, yakni 80.000.

Meskipun demikian, turunnya penyerapan tenaga kerja berkebalikan dengan kenaikan gaji sebesar 0,2% (mom). Bila hasil NFP bisa menembus 200.000, maka dolar bakal meningkat sehingga memberikan tekanan besar kepada emas.

Oleh karena itu, pasar akan tertuju kepada rilis NFP sementara oleh perusahaan swasta yang dipublikasikan Rabu (3/8). "Ini akan menjadi proyeksi rilis NFP resmi Jumat nanti," ujarnya.

Secara teknikal, dalam sepekan range harga emas terbilang lebar, yakni US$1.300-US$1.375 per troy ounce. Namun, Putu memprediksi pelemahan masih terbatas di ambang US$1.330-US$1.322 per troy ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper