Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 39 poin atau 0,30% ke Rp13.098 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (28/7/2016).
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,53% atau 69 poin ke 13.068 per dolar AS.
Sepanjang perdaganga, rupiah diperdagangkan pada kisaran Rp13.068 - Rp13.121 per dolar AS.
Bank sentral Amerika Serikat yang mempertahankan besaran Fed ikut masuk dalam sentimen yang mempengaruhi gerak rupiah hari ini.
Pasar uang juga tengah menunggu kebijakan bank sentral jepang (BoJ) yang menggelar rapat pada 28-29 Juli 2016.
Nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup menguat 39 poin atau 0,30% ke Rp13.098 per dolar AS setelah diperdagangkan pada kisaran Rp13.068 - Rp13.121 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 0,16% atau 21 poin ke Rp13.116 per dolar AS menjelang penutupan perdagangan.
Nilai tukar rupiah menguat 0,35% atau 46 poin ke 13.091 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (28/7/2016).
Bank Indonesia mematok kurs tengah di posisi Rp13.113 per dolar AS, terapresiasi 0,12% atau 17 poin dari posisi Rp13.130 per dolar kemarin.
Penguatan sejalan dengan pergerakan di pasar spot yang menguat 0,36% atau 47 poin ke 13.090 per dolar AS pada pukul 11.08 WIB.
Adapun pergerakan nilai tukar dolar AS terpantau tertekan terhadap seluruh mata uang Asia siang ini.
Nilai tukar rupiah masih terpantau menguat 0,22% atau 29 poin ke 13.108 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada pembukaan perdagangan hari ini, Kamis (28/7/2016).
Pergerakan nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,53% atau 69 poin ke 13.068 per dolar AS pada perdagangan hari ini, Kamis (28/7/2016).
Adapun Bloomberg Dollar Index yang mengukur pergerakan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama dibuka dengan melemah 0,43% atau 0,421 poin di posisi 96,632 dan makin melemah 0,49% atau 0,471 poin ke level 96,582 pada pukul 06.57 WIB.
Seperti dilansir Bloomberg hari ini, The Fed memutuskan tidak menaikkan suku bunganya serta menggarisbawahi laju bertahap akan arah pengetatan kebijakan moneternya. Hal ini melemparkan keraguan terhadap keinginan para pejabat The Fed untuk menaikkan biaya pinjaman sebelum akhir tahun.
_1692301785.jpg?w=80&h=80)
