Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang Garuda stabil di bawah level 13.100 per dolar AS pada penutupan perdagangan akhir pekan seiring dengan ekspektasi masuknya dana dari tax amnesty. Sentimen ini diperkirakan bakal berlanjut menopang penguatan rupiah pekan depan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (22/7/2016), rupiah ditutup menguat 4 poin ke level 13.095 per dolar AS. Dalam penutupan pekan sebelumnya (15/7), rupiah bertengger di posisi 13.094 per dolar AS.
Research and Analys PT Fortis Asia Andri Hardianto menuturkan, pada sepekan kemarin pergerakan rupiah lebih dipengaruhi sentimen domestik. Faktor dalam negeri tersebut antara lain penetapan BI rate di angka 6,5%, surplus neraca perdagangan senilai US$900 juta, laporan pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 4,9%-5%, dan inflasi yang masih terjaga.
Adapun faktor eksternal yang membatasi harga rupiah ialah beralihnya pelaku pasar kepada aset berisiko di pasar keuangan. Sentimen ini mendorong saham Wall Street dan berimbas memperkokoh dolar.
"Faktor dalam negeri lebih mendominasi, sehingga harga rupiah masih stabil," tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (24/7/2016).
Pada pekan depan, sambung Andri, faktor utama yang menjadi perhatian adalah pertemuan rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu-Kamis (27-28/7). Adapun sentimen eksternal lain yang dapat memengaruhi rupiah adalah harga minyak.
Dari domestik, data besaran dana yang masuk melalui tax amnesty turut menentukan laju rupiah. Andri memprediksi, minggu depan mata uang Garuda bergerak di rentang Rp13.060-Rp13.162 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel