Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Memuncak, Prediksi Jangka Menengah US$50-US$60

Harga batu bara menembus level tertinggi sejak Juli 2015 seiring dengan berkurangnya produksi di China, Indonesia, dan Kolumbia.nn
Tambang batu bara/Reuters-Dwi Oblo
Tambang batu bara/Reuters-Dwi Oblo

Bisnis.com, JAKARTA - Harga batu bara menembus level tertinggi sejak Juli 2015 seiring dengan berkurangnya produksi di China, Indonesia, dan Kolombia.

Di sisi lain, impor China, sebagai konsumen dan produsen terbesar di dunia, diprediksi bakal terus meningkat. Dalam jangka menengah, harga akan bergerak di rentang US$50-US$60 per ton.

Pada penutupan perdagangan Rabu (13/7) harga batu bara kontrak Juli 2016 di bursa Rotterdam naik 0,5 poin atau 0,87% menuju US$58,20 per ton. Angka tersebut merupakan level tertinggi sejak Juli 2015 dan membuat kenaikan harga sepanjang tahun berjalan mencapai 34,72%.

Sedangkan di bursa ICE, batu bara kontrak September 2016 pada waktu yang sama naik 0,9 poin atau 1,44% menjadi US$63,55 per ton. Angka ini merupakan level tertinggi sejak Desember 2014.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis Komoditas Central Capital Futures, menuturkan mayoritas komoditas mengalami rebound di tahun ini setalah pada 2015 berada di level rendah. Namun, kenaikan harga batubara terbilang agak terlambat dibandingkan komoditas lainnya.

Harga batubara yang terus mengalami kejatuhan di setiap tahun sejak 2010 mulai pulih di tengah pengetatan aturan pencemaran lingkungan. Nilai jual juga terbantu berkurangnya pasokan akibat hujan lebat di Indonesia, sebagai eksportir batubara termal terbesar di dunia.

Selain Indonesia, pemotongan pasokan juga terjadi di Kolombia akibat meningkatnya penyerapan Korea Selatan sebagai importir batubara termal terbesar keempat.

Di China, pemerintah setempat akan menghapus 500 juta ton kapasitas produksi batu hitam dalam 3-5 tahun ke depan. Perizinan semua proyek baru juga akan dihentikan sebagai upaya mengurangi polusi.

Sentimen dari negara produsen sekaligus konsumen terbesar itu mendorong harga ke level tertinggi baru sepanjang 2016. Meskipun demikian, ke depannya harga masih rentan terkoreksi.

"Fundamental memang membaik, tapi belum bagus. Kenaikan harga juga masih bergantung dolar. Jadi tahun ini cenderung stabil menjauhi low, tetapi belum tentu kuat bertahan di high," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (14/7/2016).

Secara teknikal, dalam jangka waktu menengah atau kuartalan rentang harga bergerak di level US$50-US$60 per ton, dengan nilai tengah US$55 per ton. Walaupun batubara nantinya berhasil menembus US$65 per ton, tekanan harga ke bawah US$60 masih sangat kuat.

Data Administrasi Umum di Beijing melaporkan pada Rabu (13/7), China sebagai konsumen batubara terbesar meningkatkan impor Juni sebesar 21,75 juta ton atau level tertinggi sejak Desember 2014.

Hasil tersebut membuat pengiriman ke dalam negeri di semester I/2016 menjadi 108 juta ton atau bertumbuh 8,2%, dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang terkoreksi 38%.

Secara tahunan (yoy), produksi batu hitam nasional menurun 15,5% pada Mei 2016, atau posisi terendah dalam 12 bulan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper