Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prediksi Harga Seng: Jangka Panjang & Menengah Cenderung Bullish

Setelah menyentuh level tertinggi dalam setahun terakhir, harga seng terkoreksi akibat menurunnya permintaan China sebagai konsumen terbesar di dunia.
Seng./Bloomberg
Seng./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA--Setelah menyentuh level tertinggi dalam setahun terakhir, harga seng terkoreksi akibat menurunnya permintaan China sebagai konsumen terbesar di dunia. Meskipun demikian, dalam jangka menengah dan panjang tren harga seng cenderung bullish.

Pada penutupan perdagangan Senin (13/6) harga seng di London Metal Exchange (LME) turun 9 poin atau 0,43% menjadi US$2.077 per ton, tetapi meningkat 32,46% sepanjang tahun berjalan (year to date/ Ytd).

Angka ini melesu dari level tertinggi dalam 12 bulan terakhir, yakni US$2.086 per ton pada sesi Jumat (10/6). Sebelumnya, seng sempat mencapai titik terendah di level US$1.468 per ton di awal Januari seiring dengan anjloknya bursa China

Dina Yu, Analyst CRU Group, menyampaikan dalam jangka pendek harga seng rentan koreksi ketika China memasuki periode pelemahan permintaan di musim panas. Berlebihnya pasokan baja juga akan membatasi aktivitas penyulingan logam tersebut.

Walaupun begitu, dalam jangka menengah dan panjang tren harga masih bullish seiring dengan bertumbuhnya penyerapan Negeri Panda. Komoditas ini pun menjadi satu-satunya logam yang diprediksi mengalami defisit pasokan global di tahun ini.

Di sisi lain, ketidakpastian peningkatan suku bunga The Fed bekal mengurangi hambatan terhadap laju harga. "Seng menjadi logam dengan performa terbaik tahun ini akibat pemotongan pasokan penambangan," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (14/6/2016).

Berdasarkan data Reuters, sentimen pendorong utama meningkatnya harga seng ialah penurunan berkelanjutan stok yang terdaftar di LME. Per 5 Juni, persediaan ada sebanyak 384.050 ton, atau turun 18% dari awal 2016. Jumlah stok telah menurun drastis pada masa puncak sebesar 1,1 juta ton di tahun 2013.

Akan tetapi, tren persediaan masih tidak menentu karena banjirnya pasokan sesekali, terutama dari pelabuhan AS di New Orleans. Pada kuartal III/2015 pengiriman dari titik tersebut mencapai 250.000 ton seng yang langsung menekan harga.

Hal itu terjadi kembali di Februari 2016 ketika pasokan sebanyak 50.000 ton tiba-tiba menghantam surplus stok di pergudangan. Untungnya pelabuhan New Orleans hanya menyumbang 8.725 ton seng.

International Lead and Zinc Study Group (ILZSG) memerkirakan total persediaan seng global telah menurun dari puncaknya 2,2 juta ton pada Januari 2013 menjadi 1,5 juta ton per akhir Maret 2016. Namun, masih ada sejumlah pasokan yang tidak terdata karena keterbatasan pendataan.

Citigroup Inc. dalam publikasi risetnya menyampaikan, seng menjadi satu-satunya logam dasar dengan kondisi fundamental yang berlawanan dengan makro ekonomi 2016. Di sisi lain, proyeksi defisit 125.000 ton di tahun ini dan bertumbuhnya permintaan bakal semakin mengerek harga.

Lembaga keuangan tersebut memprediksi harga pada 2016 menjadi US$1.745 per ton. Namun, seng bisa saja mencapai US$1.900 per ton dalam paruh kedua 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper