Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak: WTI Tembus US$51, Reli Akan Berlanjut

Harga minyak stabil di atas level US$50 per barel seiring dengan prediksi menurunnya persediaan global. Bila sepekan ini WTI ditutup melebihi US$51, maka peluang reli lebih lanjut kian terbuka.n

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak stabil di atas level US$50 per barel seiring dengan prediksi menurunnya persediaan global. Bila sepekan ini WTI ditutup melebihi US$51, maka peluang reli lebih lanjut kian terbuka.

Pada perdagangan Kamis (9/6) pukul 11:30 WIB harga minyak WTI kontrak Juli 2016 naik 0,32 poin atau 0,62% menuju US$51,55 per barel. Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Agustus 2016 meningkat 0,20 poin atau 0,38% menjadi US$52,71 per barel.

Dalam tiga sesi perdagangan terakhir, harga minyak stabil di atas level US$50 per barel. Faktor utama yang mendorong ialah persedian minyak mentah AS kembali menurun, gangguan produksi di Nigeria, dan proyeksi meningkatnya permintaan.

Data resmi pemerintah dari U.S. Energy Information Administration (EIA) yang dirilis pada Rabu (9/6) waktu setempat menuliskan, persediaan minyak mentah mingguan Paman Sam pekan lalu merosot 3,226 juta barel menuju ke 532,476 juta barel.

Meskipun demikian, level produksi minyak mentah dalam waktu yang sama meningkat tipis 0,11% menuju 8,745 juta barel per hari dari minggu sebelumnya sebanyak 8,735 juta barel per hari.

Menurut proyeksi EIA, permintaan bensin AS akan mencapai rekor tertinggi, yakni 9,5 juta barel per hari selama kuartal II/2016. Angka ini naik dari estimasi Mei sebesar 9,48 juta barel per hari.

Dari segi produksi, penyedotan akan terus menurun menjadi 8,1 juta barel per hari pada kuartal III/2017. Sebelumnya di kuartal I/2016, level produksi mencapai 9,2 juta barel per hari.

Jameel Ahmad, Chief Market Analyst FXTM, dalam publikasi risetnya, Kamis (9/6/2016) menuturkan eksportir besar minyak mentah akan bergembira dengan harga minyak WTI yang mencapai level tertinggi 10 bulan di atas kisaran US$50,85 per barel kemarin.

Sejumlah faktor yang mungkin menjelaskan langkah investor ingin membuka posisi beli, antara lain potensi gangguan pasokan di Nigeria, ekspektasi peningkatan permintaan global, dan melemahnya dolar AS.

Prospek paruh kedua 2016 dari sejumlah institusi terkemuka mengatakan persediaan minyak mentah global akan mengalami penurunan tajam. Alhasil, dalam jangka waktu menengah harga minyak mungkin semakin menguat.

Walaupun surplus suplai minyak di dunia masih terus menciptakan bias negatif terhadap pasar minyak, Jameel menyampaikan, penutupan mingguan di atas US$51 pada akhir pekan perdagangan ini dapat membuka jalan menuju peningkatan harga lebih lanjut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper