Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Raih Level Bulanan Tertinggi Sejak 2011

Harga minyak mentah pada Mei 2016 mencapai level bulanan tertinggi sejak 2011 seiring dengan membaiknya faktor fundamental.
Pipa migas/Bisnis.com
Pipa migas/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah pada Mei 2016 mencapai level bulanan tertinggi sejak 2011 seiring dengan membaiknya faktor fundamental.

Pada perdagangan Selasa (31/5/2016) harga minyak WTI kontrak Juli 2016 naik 0,13 poin atau 0,26% menuju US$49,46 per barel. Angka tersebut menunjukkan harga meningkat 20,08% sepanjang tahun berjalan

Dalam waktu yang sama, harga minyak Brent kontrak Juli 2016 merosot 0,28 poin atau 0,56% menjadi US$49,48 per barel. Artinya, harga sudah terkerek 20,72% sepanjang 2016.

Robert Rennie, Global Head of Currency and Commodity Strategy Westpac Banking Corp., mengatakan pada Mei 2016, harga minyak mengalami kenaikan bulanan tertinggi dalam lima tahun terakhir seiring dengan adanya gangguan produksi di Nigeria dan Kanada, serta optimsime rapat OPEC pada 2 Juni 2016.

Serangan militan membuat produksi di Nigeria berkurang ke tingkat terendah dalam dua dekade terakhir. Sementara produksi Kanada berkurang hingga 1,2 juta barel per hari akibat kebakaran hutan.

Meskipun demikian, Robert menyangsikan peluang rapat OPEC dalam mencapai kesepakatan. Pasalnya, Iran menegaskan tidak akan memangkas suplai dan Arab Saudi tidak akan berbuat banyak dalam menstabilkan pasar.

"Harga minyak butuh sentimen pendorong yang lebih besar untuk melampaui level US$50 per barel," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (31/5/2016).

Al Maha Financial Services Llc. dalam publikasi risetnya Selasa (31/5) memaparkan harga minyak WTI terangkat di awal musim panas seiring dengan permintaan yang menuju masa puncak. Meskipun demikian, pasar masih terbebani peningkatan produksi di Timur Tengah yang sebagian besar membidik konsumen di Asia.

Dalam waktu dekat, investor berharap rapat OPEC menghasilkan kebijakan strategis dalam memulihkan pasar. "Dengan sejumlah pihak yang meramalkan harga berpotensi menyentuh level US$60 per barel, Arab Saudi sebagai pimpinan OPEC harus melakukan sesuatu," tulis Al Maha.

JBC Energy memaparkan, hari ini harga minyak mentah Brent jatuh akibat peningkatan produksi di Timur Tengah. Sementara minyak WTI sebagai patokan AS naik lebih tinggi sebagai pertanda mulai naiknya permintaan di musim panas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper