Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Tertinggi: WTI US$46, Brent US$48

Harga minyak mentah mencapai level tertinggi baru sepanjang 2016 seiring dengan berkurangnya tingkat produksi Amerika Serikat ke posisi terendah sejak Oktober 2014.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Harga minyak mentah mencapai level tertinggi baru sepanjang 2016 seiring dengan berkurangnya tingkat produksi Amerika Serikat ke posisi terendah sejak Oktober 2014.

Pada perdagangan Jumat (25/4) pukul 20:05 WIB harga minyak Brent kontrak Juni 2016 naik 0,10 poin atau 0,21% menjadi US$48,24 per barel. Sedangkan minyak WTI kontrak Juni 2016 berada di level US$46,37 per barel, meningkat 0,33 poin atau 0,72%.

Data U.S. Energy Information Administration memaparkan, produksi minyak mentah Amerika Serikat sudah menurun selama tujuh minggu berturut-turut. Level output diperkirakan menjadi di bawah 9 juta barel per hari atau selisih 300.000 barel dari Januari 2016 sebesar 9,179 juta barel per hari.

Namun, pada pekan yang berakhir Jumat (22/4) kapasitas persediaan nasional masih meningkat menuju ke 540,6 juta barel.

Andy Sommer, Analyst Axpo Trading AG Dietikon di Swiss mengatakan, indikasi produksi Paman Sam dan negara-negara non-OPEC lainnya menjadi sentimen utama pendorong harga minyak mentah ke level tertinggi.

Sementara itu, Chief Market Analyst dan Vice President of Corporate Development di FXTM Jameel Ahmad mengatakan, daripada investor mengamati langkah OPEC yang tidak terlalu signifikan lebih baik memfokuskan pandangan kepada AS. Pasalnya, tingkat produksi dan stok nasional Paman Sam sangat berpengaruh terhadap harga minyak.

Hal tersebut terbukti ketika pertemuan OPEC di Doha menemui kegagalan, pasar tidak langsung berguncang. Malah, harga berhasil mengalami kenaikan tertinggi.

Dia melihat mulai terjadi konsensus di pasar yang yakin harga tidak akan jatuh terlalu dalam seperti level US$26 per barel untuk WTI pada Januari. Ke depannya dalam waktu dekat, harga akan stabil bergerak di posisi US$35 - US$42 per barel atau bahkan sampai US$44 per barel.

"Range harga masih lebar karena agak sulit memprediksi yang terjadi ke depan. Namun, sentimen dari AS lebih kuat dari OPEC yang kini hanya menguasai 40% stok global," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper