Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Anjloknya Dolar & Kenaikan Komoditas Kuatkan Rupiah

Rupiah berhasil menguat tipis selama sepekan seiring dengan laju dolar yang mencapai titik terendah baru sepanjang 2016. Bertolak belakang, harga komoditas terutama minyak mentah menuju ke level tertinggi.n
Rupiah
Rupiah

Bisnis.com, JAKARTA--Rupiah berhasil menguat tipis selama sepekan seiring dengan laju dolar yang mencapai titik terendah baru sepanjang 2016. Bertolak belakang, harga komoditas terutama minyak mentah menuju ke level tertinggi.

Selama sepekan terakhir, rupiah mengalami penguatan tipis 0,14% atau naik 12,3 poin hingga penutupan perdagangan Jumat (29/4) ke level Rp13.180 per dolar AS. Angka tersebut menunjukkan sepanjang tahun berjalan 2016 mata uang Garuda sudah meningkat 5,73%.

Hari ini, Jumat (29/4/2016), rupiah berhasil meningkat 10 basis poin setelah bergerak di kisaran Rp13.174 – Rp13.239 per dolar AS dengan kurs tengah Rp13.204 per dolar AS.

Albertus Christian, Senior Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan faktor internal yang menopang kinerja rupiah ialah lelang Surat Utang Negara pada Selasa (27/4) berhasil menyerap Rp13,4 triliun di atas target indikatif sebesar Rp12 triliun. Total penawaran yang masuk mencapai Rp24,4 triliun.

Tingginya minat investor terhadap lelang obligasi turut mengimbangi tingginya permintaan dolar AS. Selain itu, belanja konsumen terbilang masih solid sehingga menutupi sentimen pelemahan ekspor akibat lesunya pertumbuhan global.

Dari sisi eksternal, rebound harga komoditas menambah sentimen positif terhadap mata uang Garuda. Pada perdagangan Jumat (29/4) pukul 18:46 WIB minyak WTI 0,8% menuju ke US$46,4 per barel yang menjadi level tertinggi baru sepanjang 2016.

Di sisi lain, banyaknya tekanan negatif membuat dolar mengalami pelemahan terendah sepanjang tahun berjalan. Bloomberg Dollar Index pada Jumat pukul 18:48 WIB menunjukkan posisi 93,472, artinya dolar sudah terkoreksi 5,26% sepanjang 2016.

"Pelemahan dolar setahun akibat hasil rapat The Fed pada Kamis (28/4) yang menyatakan tidak adanya putusan kenaikan suku bunga. Kalaupun terjadi peningkatan akan sangat gradual, sehingga sangat positif bagi rupiah," ujarnya pada Bisnis.com, Jumat (29/4/2016).

Laju pertumbuhan GDP Paman Sam pun hanya naik 0,5% di kuartal I/2016 atau di bawah perkiraan ekonom yang mencapai 0,7%. Data ini merupakan kinerja GDP terburuk dalam 2 tahun terakhir, setelah sebelumnya mencapai 1,4% pada kuartal IV/2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper