Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Raksasa Rokok HM Sampoerna (HMSP) Tebar Dividen Rp10,3 Triliun

Raksasa perusahaan rokok berkapitalisasi pasar Rp450,38 triliun, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. membagikan nyaris seluruh laba bersih tahun buku 2015 sebagai dividen senilai Rp10,38 triliun.
Museum House of Sampoerna di Surabaya/Bisns-Dini Hariyanti
Museum House of Sampoerna di Surabaya/Bisns-Dini Hariyanti

Bisnis.com, JAKARTA - Raksasa perusahaan rokok berkapitalisasi pasar Rp450,38 triliun, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. membagikan nyaris seluruh laba bersih tahun buku 2015 sebagai dividen senilai Rp10,38 triliun.

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) HM Sampoerna yang digelar Rabu (27/4/2016), menyetujui pembagian dividen 99,9% dari laba bersih tahun buku 2015 senilai Rp10,3 triliun. Masing-masing akan mendapatkan dividen senilai Rp2.225 per lembar saham.

Emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Indonesia itu membukukan total laba bersih Rp10,4 triliun sepanjang periode 2015, naik 1,8% dari Rp10,2 triliun tahun sebelumnya.

Presiden Direktur HM Sampoerna Paul Janelle mengatakan perseroan mengantongi pendapatan bersih di luar cukai sebesar Rp42,1 triliun pada 2015, naik 8,9% dari Rp38,7 triliun tahun sebelumnya. Pendapatan bersih khusus kuartal IV/2015 mencapai Rp11,6 triliun, naik 11,5% dari Rp10,4 triliun year-on-year.

HM Sampoerna berhasil meraup pendapatan dalam 3 bulan pada 2016 sebesar Rp21,9 triliun. Pendapatan itu hanya naik tipis 1,66% dari tahun sebelumnya Rp21,56 triliun.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp3,11 triliun, naik 7,55% dari sebelumnya Rp2,89 triliun. Laba per saham dasar naik tipis 1,97% dari Rp657 menjadi Rp670.

Dia memperkirakan total pasar rokok di Indonesia akan menurun sebesar 1%-2% pada 2016. Hal ini sebagai dampak dari kenaikan cukai rokok sebesar 15% berdasarkan perhitungan rata-rata tertimbang (weighted average), serta kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) rokok.

Untuk itu, sambungnya, perseroan berharap pemerintah akan menerapkan kebijakan cukai yang adil, dapat diprediksi, serta memberi kepastian usaha dalam rangka melindungi industri dalam negeri, para petani, serta pekerja industri.

“Menimbang volatilitas serta berbagai tantangan yang tengah dihadapi pasar saat ini, kami sangat senang bahwa kami dapat memberikan pembayaran dividen yang memuaskan bagi para pemegang saham, serta memaksimalkan imbal balik untuk mereka," ujarnya.

Kendati demikian, dia mengaku khawatir bahwa tambahan kenaikan tarif cukai atau PPN rokok dapat menyebabkan tekanan yang lebih dalam bagi industri, serta menimbulkan dampak yang tidak baik bagi pekerja di segmen padat karya sigaret kretek tangan (SKT), yang saat ini mempekerjakan ratusan ribu karyawan dalam proses produksinya.

Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai kinerja emiten rokok pada tahun ini akan jauh lebih baik ketimbang 2015. Perbaikan daya beli masyarakat akibat kenaikan pertumbuhan ekonomi menjadi faktor pendorong positifnya kinerja perusahaan rokok.

"Awal tahun sedikit melambat, tapi sampai akhir tahun ini laba korporasi rokok akan lebih baik," tuturnya.

Akan tetapi, dia tidak merekomendasikan saham rokok lantaran industri ini sudah memasuki masa surut. Lonjakan pajak cukai rokok juga terus meningkat, lokasi merokok kian sempit, iklan komersial dibatasi, hingga peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kesehatan, menjadi faktor penekan kinerja perusahaan rokok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper