Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indofarma (INAF): Kinerja Kuartal Pertama Belum Sejalan Target

Kinerja emiten farmasi PT Indofarma (Persero) Tbk. pada kuartal I/2016 belum sesuai target karena hanya mengantongi pertumbuhan penjualan bersih di bawah 5% dengan bottom line yang masih negatif
Dari situ kami efisiensi banyak. /Bisnis.com
Dari situ kami efisiensi banyak. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—Kinerja emiten farmasi PT Indofarma (Persero) Tbk. pada kuartal I/2016 belum sesuai target karena hanya mengantongi pertumbuhan penjualan bersih di bawah 5% dengan bottom line yang masih negatif.

Revenue ada sedikit [pertumbuhan] tidak signifikan karena kurang dari 5%. Sedangkan laba sama seperti kuartal pertama tahun lalu masih negatif,” kata Yasser Arafat, Sekretaris Perusahaan Indofarma, Senin (25/4/2016).

Merujuk laporan keuangan perseroan pelat merah tersebut pada tri wulan pertama tahun lalu, perseroan meraup penjualan bersih Rp194,72 miliar dengan rugi sebesar Rp19,94 miliar. Yasser memang masih belum mau menyebut angka pasti kinerja kuartal pertama tahun ini, namun penjualan bersih ditaksir berada di bawah Rp204 miliar.

Yasser mengamini jika raihan tersebut belum sejalan dengan target perseroan berkode saham INAF tersebut tahun ini. Sebabnya, perseroan pada tahun buku 2016 menargetkan pertumbuhan penjualan bersih sekitar 23% menjadi sekitar Rp2 triliun dari Rp1,62 triliun pada 2015. 

Yasser melihat itu sebagai hal yang wajar karena dinamika kinerja sektor farmasi dinilainya berkinerja tak signifikan pada paruh pertama dalam satu tahun, dan baru tergenjot pada semester kedua.

“Penaikan kinerja itu selalu pada kuartal ketiga dan empat. Jadi kontribusi antara semester I dan 2 itu perbandingannya 35%-65% atau 40%-60%,” terangnya.

Hal tersebut diakui Arief Budiman, Direktur Utama Indofarma. Menurutnya, pemasukan Indofarma dari tender-tender besar biasanya masuk pada kuartal ketiga dan keempat termasuk pendapatan dari program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

Sebagai gambaran, di awal tahun ini pihaknya sudah mendapatkan tender untuk program JKN sebesar Rp330 miliar dari total dana yang digelontorkan pemerintah yang mencapai Rp1,2 triiun. Dia mengklaim, pihaknya menjadi perusahaan dengan raihan tender terbesar kedua melalui program JKN.

Tak berhenti dengan capaian itu, menurut dia target Indofarma dari program JKN tahun ini bisa mengantongi hingga Rp500 miliar. Arief tampak yakin dengan hal itu karena sekitar lebih dari 80% portofolio produk Indofarma adalah obat generik.

Di sisi lain, meski kinerja di awal tahun ini belum sejalan dengan yang dibidik dia mengaku optimistis target tahun ini akan tercapai.

“Saya minta bukan dua atau tiga kali untuk pertumbuhan laba tahun ini, tapi lima kali lipat dari tahun lalu. Kalau penjualan naik dari Rp1,6 triliun ke Rp2 triliun, laba dari Rp6 miliar ke Rp30 miliar,” cetusnya.

Untuk merealisasikan target tersebut, dia mengungkapkan pihaknya gencar melakukan efisiensi. Dia mencontohkan, pada tataran pemasok bahan baku pihaknya tak menetapkan satu sumber. Di tataran tenaga kerja perseroan melakukan perampingan manajemen.

Dia menyebut, awalnya perseroan memiliki sekitar 38 orang manajer dan dipangkas menjad 18 orang pada tahun ini, lalu akan menjadi 10 orang pada 2016. Pihaknya pun belum lagi merekrut karyawan baru. Selain itu perseroan pun memangkas pemotongan harga untuk obat generik dari double digit menjadi single digit.

“Buat apa kasih banyak diskon untuk obat generik, dari situ kami efisiensi banyak,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper