Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja BUMN: Kala ADHI Tak Jadi Operator LRT

Proyek LRT tahap I diproyeksi mendorong perolehan kontrak baru 2016 tumbuh 125% menjadi Rp31,3 triliun.
Adhi Karya.
Adhi Karya.

Bisnis.com, Kontraktor pelat merah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. diproyeksi tetap meraup untung dengan megaproyek kereta api ringan Jakarta (light rapid transit/LRT) yang diproyeksi menelan investasi Rp34 triliun.

PT Buana Capital Bahkan merevisi naik proyeksi kinerja emiten berkode saham ADHI tersebut. Pendapatan tahun ini diproyeksi menjadi Rp21,98 triliun, naik 10,4% dari prediksi sebelumnya Rp16,74 triliun.

Laba bersih yang diraup ADHI juga direvisi naik 8,8% menjadi Rp860 miliar dari target sebelumnya Rp619 miliar. Revisi pendapatan dan laba bersih Adhi Karya itu seiring dengan kenaikan asumsi perolehan kontrak baru dan order book menjadi Rp45,5 triliun pada 2016.

Michael Ramba dan Suria Dharma, analis PT Buana Capital, dalam riset terbarunya mengatakan pencapaian kontrak baru pada Januari 2016 menjadi dasar bagi target sepanjang tahun.

Sejalan dengan belanja pemerintah dalam menggenjot proyek infrastruktur, pihaknya memperkirakan perolehan kontrak baru Adhi Karya melesat 125%, termasuk megaproyek LRT Jabodetabek.

Kontrak baru yang diraup Adhi Karya selama Januari 2016 mencapai Rp1,1 triliun, sebesar 65% dari tender yang diikuti, mewakili 4,4% dari total target perseroan sepanjang tahun.

Perolehan itu jauh lebih tinggi dibandingkan pada awal tahun sebelumnya ketika ADHI hanya mengantongi Rp192 miliar. Buana Capital menilai hal tersebut terbilang positif lantaran berkontribusi 3,5% dari total proyeksi dari perusahaan sekuritas tersebut.

Kontribusi utama berasal dari proyek swasta 46,9%, pemerintah dan badan usaha milik negara (BUMN) sebesar masing-masing 26,5%, dan 26,6%. Sepanjang tahun ini, Buana Capital memproyeksi perolehan kontrak baru Adhi Karya dapat tumbuh 125% menjadi Rp31,3 triliun.

"Mencakup kontrak baru dari proyek LRT tahap I. Kami memperkirakan proyek carry over mencapai Rp14,1 triliun pada 2016 dan total order book mencapai Rp45,4 triliun," kata mereka belum lama ini.

Kontrak baru ADHI tahun ini bakal sangat bergantung pada megaproyek LRT Jabodetabek. Diperkirakan, total investasi proyek LRT Jabodetabek mencapai Rp34 triliun.

Tahun ini, Adhi Karya bakal menyelesaikan konstruksi proyek LRT Jabodetabek tahap I dengan nilai Rp16 triliun atau sebesar 51% dari total target perolehan kontrak baru sepanjang tahun ini. Proyek LRT Jabodetabek tahap I seharusnya bisa dibukukan pada tahun ini.

Megaproyek LRT Jabodetabek tahap I yang tengah dibangun dengan total panjang 42,1 kilometer diperkirakan akan beroperasi pada 2017.

Proyek LRT Jabodetabek terdiri dari dua tahap yakni Cibubur-Cawang (14,3 Km) dan Cawang-Dukuh Atas (10,5 Km), serta rute Cawang-Bekasi Timur (18,5 Km).

Setelah Adhi Karya menggelar penerbitan saham baru melalui rights issue, termasuk penyertaan modal negara (PMN), tahun lalu senilai Rp2,7 triliun, ekuitas perseroan semakin kuat menjadi Rp4,4 triliun. Diperkirakan, ADHI bakal mampu menggarap megaproyek LRT Jabodetabek dengan total proyek mencapai Rp34 triliun.

Dijelaskan, kontribusi terbesar terhadap kontrak baru tahun ini bakal berasal dari proyek infrastruktur pemerintah. Hal itu sejalan dengan tren alokasi belanja pemerintah yang lebih tinggi pada sektor infrastruktur.

"Kami memproyeksi kontribusi dari segmen pemerintah, termasuk pemerintah daerah, meningkat 69% dari target sepanjang 2016. Jumlah ini lebih tinggi dari tiga tahun terakhir yang biasanya mencapai rerata 40%," tulis mereka.

Secara terpisah, analis PT KDB Daewoo Securities Indonesia Maxi Liesyaputra, dalam risetnya mengatakan tahun ini Adhi Karya membidik pendapatan dan laba bersih masing-masing Rp20 triliun, serta Rp750 miliar.

Dari target pendapatan tersebut, Adhi Karya memerkirakan kontribusi dari bisnis kontstruksi (57,5%), proyek LRT Jabodetabek (21,6%), dan bisnis lain seperti engineering procurement and construction (5,8%), properti (8,4%), dan pabrik pracetak (6,7%).

"Dari target kontribusi pendapatan, kami melihat ADHI berencana untuuk mengurangi kontributor dari bisnis konstruksi," tuturnya.

Dia menjelaskan pendapatan yang dikantongi dari megaproyek LRT Jabodetabek bakal mengompensasi melorotnya bisnis konstruksi perseroan. Pendapatan dari bisnis EPC dan properti diperkirakan tidak akan berubah signifikan.

Pada sisi lain, perusahaan juga berencana untuk menghasilkan kontribusi pendapatan dari sektor pabrik pracetak tahun ini dibandingkan tahun lalu yang belum menyumbang terhadap pundi-pundi keuntungan ADHI.

Tahun ini, katanya, manajemen ADHI menargetkan perolehan kontrak baru yang dikantongi mencapai Rp25,1 triliun atau melonjak 80% dari realisasi tahun sebelumnya Rp13,97 triliun.

KDB Daewoo Securities Indonesia menilai ADHI harus agresif bersaing untuk mencapai target kontrak baru tahun ini. Pasalnya, manajemen ADHI telah mematok target kontrak baru 2016 yang terbilang menantang.\

Kinerja BUMN: Kala ADHI Tak Jadi Operator LRT

DIVERSIFIKASI KONTRAK

Diperkirakan margin ADHI bakal tertekan pada tahun ini. Selain itu, manajemen ADHI juga berencana untuk mengurangi ketergantungan pada proyek pemerintah dengan melakukan diversifikasi kontrak baru dari institusi melalui dana APBN dan APBD menjadi sebesar 37,2%.

Sementara itu, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan telah memutuskan untuk tidak menggunakan jasa Adhi Karya sebagai operator megaproyek LRT Jabodetabek. Jonan memutuskan setelah mengikuti rapat koordinasi mengenai LRT di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian belum lama ini.

Jonan menilai, ADHI belum memiliki pengalaman sebagai operator perkeretaapian. Sehingga, pemerintah melalui Kemenhub memutuskan tanggung jawab operator LRT Jabodetabek bakal diberikan kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Menanggapi pernyataan Menhub, Direktur III Adhi Karya Joko Prabowo memastikan perseroan telah memiliki legalisasi sebagai operator perkeretaapian. Legalisasi ini diperoleh melalui surat badan hukum (SBU), sehingga, dalam aspek hukum ADHI telah dapat diberikan tanggung jawab sebagai operator LRT.

"Secara SBU sudah punya badan hukum untuk melaksanakan kereta api. Tapi kita ini pengalaman belum ada, baru punya LRT," ujarnya saat perayaan ulang tahun Adhi Karya ke-56 di kantor pusat Adhi Karya akhir pekan lalu.

Menurutnya, keputusan Kemenhub untuk tidak menggunakan jasa Adhi Karya adalah hal yang wajar. Pasalnya, proyek LRT ini merupakan program pelopor sehingga butuh instansi atau lembaga yang telah memiliki pengalaman sebagai operator kereta api.

Direktur Utama Adhi Karya Kiswodharmawan mengatakan perseroan telah mengantongi kontrak baru sepanjang Februari 2016 sebesar Rp1,7 triliun, melonjak 25,5% dari realisasi periode yang sama tahun lalu Rp1,3 triliun.

Dia menuturkan kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru sepanjang Februari 2016 didominasi sektor konstruksi sebesar 86,6%, dan sisanya merupakan lini bisnis lain.

Pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri atas pekerjaan gedung sebanyak 66,7%, jalan dan jembatan 11,4%, sedangkan dermaga serta infrastruktur lainnya sebesar 21,9%.

Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru terdiri atas swasta lainnya sebanyak 51,5%, BUMN tercatat 23,2%, sementara APBN/APBD sebesar 25,3%. 

Analis PT Asanusa Aset Management Akuntino Mandhany menilai batalnya Adhi Karya sebagai operator LRT Jabodetabek tidak akan berpengaruh besar terhadap kinerja kontraktor pelat merah itu. Memang, ADHI tidak berpengalaman sebagai operator kereta api dibandingkan dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero).

Saat menggelar rights issue, sambungnya, manajemen ADHI memproyeksi untuk menjadi operator LRT Jabodetabek. Namun, pemerintah melalui Kementerian Perhubungan tidak memberikan restu lantaran lebih memilih KAI sebagai operator.

"Bisnisnya ADHI memang fokus sebagai kontraktor, artinya di bisnis utama sudah dapat. Batal sebagai operator memang akan membuat potensi pendapatan dari recurring income berkurang, tapi ADHI bisa fokus di konstruksi proyek infrastruktur," tuturnya.

Menurutnya, manajemen ADHI bisa mencurahkan seluruh kemampuan untuk mengejar proyek-proyek infrastruktur yang memang tengah digenjot oleh pemerintah. Adhi Karya dapat lebih berkonsentrasi pada lini utama bisnis mereka di sektor konstruksi, ketimbang menyesali batalnya sebagai operator LRT Jabodetabek.

Baginya, proyek infrastruktur yang digenjot oleh pemerintah tidak hanya berlangsung tahun ini. Akan tetapi, proyek infrastruktur dapat berjalan dalam jangka yang lebih panjang dan menjadikan potensi ADHI mendapatkan kontrak baru dalam 2 tahun - 3 tahun ke depan lebih besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Jumat (18/3/2016)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper