Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok AS Diprediksi Meningkat, Harga Minyak Merosot Lagi

Setelah mencapai harga tertinggi dalam delapan minggu terakhir, minyak kembali merosot setelah dilansirnya data pasokan emas hitam Amerika Serikat yang meningkat sehingga memperparah surplus global.n

Bisnis.com, HONG KONG - Setelah mencapai harga tertinggi dalam delapan minggu terakhir, minyak kembali merosot setelah dilansirnya data pasokan emas hitam Amerika Serikat yang meningkat sehingga memperparah surplus global.

Pada perdagangan Rabu (2/3/2016) pukul 20.12 WIB harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak April 2016 turun 0,44 poin atau 1,25% menjadi US$33,69 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei 2016 harganya berada di level US$36,71 per barel, tergelincir 0,09 poin atau 0,19%%.

American Petroleum Institute melansir persediaan minyak Paman Sam naik menjadi 9,9 juta barel pada minggu lalu. Sedangkan data pemerintah yang akan dilansir Rabu (2/3) waktu setempat diperkirakan juga melaporkan pembengkakan pasokan ke level tertinggi sejak 1930-an.

Data U.S. Energy Information Administration (EIA) menyebutkan, produksi minyak Paman Sam turun 33.000 barel per hari menjadi 9,1 juta barel per hari dari data mingguan yang berakhir 19 Februari.

Senior Investment Strategist U.S. Bank Wealth Management di Seattle mengatakan, Paman Sam sudah menuju arah yang benar karena produksi memang harus diturunkan dalam beberapa bulan ke depan untuk menstabilkan harga.

EIA melansir total produksi minyak global mencapai 95,16 juta barel per hari, melampaui tingkat permintaan sebanyak 93,15 juta barel per hari. Sementara International Energy Agency dalam laporannya menuliskan pada semester I/2016 pasokan akan melebihi penyerapan rata-rata sebesar 1,75 juta barel per hari.

Sepanjang 2016, harga minyak sudah terkoreksi 8% akibat berlimpahnya suplai global dan meningkatnya pengiriman Iran pasca penghapusan sanksi ekspor. Namun, prospek Rusia dan Arab Saudi membekukan produksi membuat harga minyak menghijau.

David Lennox, Analyst Fat Prophets di Sydney mengatakan, setiap terjadi reli, tren tersebut akan kembali terbentur dengan melimpahnya persediaan minyak mentah. "Pasar perlu benar-benar melihat penurunan produksi jika ingin melihat stabilitas kenaikan harga minyak," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (2/3/2016).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper