Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA HM. Sampoerna (HMSP): Laba Rokok Menggunung, Saham Melambung

Setelah menggelar rights issue terbesar di Indonesia, raksasa produsen rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. kemudian mencetak rekor harga saham yang melambung ke level tertinggi sepanjang sejarah, lantaran pundi-pundi penghasilan yang kian menggunung.
Pabrik rokok HM Sampoerna. /Bisnis.com
Pabrik rokok HM Sampoerna. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA--Setelah menggelar rights issue terbesar di Indonesia, raksasa produsen rokok PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. kemudian mencetak rekor harga saham yang melambung ke level tertinggi sepanjang sejarah, lantaran pundi-pundi penghasilan yang kian menggunung.

Saham emiten berkode HMSP tersebut memberikan imbal hasil mencapai 12,45% year-to-date dan 69,03% selama setahun. Pergerakan harga saham selama 52 pekan terakhir berada pada kisaran Rp64.429,70-Rp112.125,00 per lembar.

Bahkan, saham HMSP mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah pada 9 Februari 2016 di level Rp112.125 per lembar. Kapitalisasi pasar hingga akhir pekan lalu pun meroket menyentuh Rp492,79 triliun.

Saat melonjak tajam, pemegang saham utama HMSP, Philip Morris International Inc. mengumumkan kinerja sepanjang periode 2015. Rilis kinerja yang dipublikasikan melalui PT Bursa Efek Indonesia itu termasuk produksi dan laba H.M. Sampoerna.

Induk usaha H.M. Sampoerna, Philip Morris International Inc., melaporkan produksi rokok di Indonesia periode 2015 naik tipis 0,1% cenderung stagnan sebanyak 109,8 miliar batang dari tahun sebelumnya 109,6 miliar batang.

Secara keseluruhan, total volume penjualan rokok di Indonesia mencapai 314 miliar batang pada 2015. Volume tersebut stagnan dari periode tahun sebelumnya yang mencapai 314 miliar batang.

Khusus kuartal III/2015, produksi H.M. Sampoerna hanya tumbuh 0,3% menjadi 27,94 miliar batang dari periode sebelumnya 27,87 miliar batang. Padahal, volume penjualan rokok di Indonesia tumbuh 3,3% pada periode yang sama menjadi 81,6 miliar batang dari sebelumnya 79 miliar batang.

Pangsa pasar produk rokok HMSP sepanjang tahun lalu justru meningkat menjadi 35% dari sebelumnya 34,9%. Lonjakan market share terbesar terjadi pada produk Dji Sam Soe menjadi 7% dari tahun sebelumnya 6,3%.

Pangsa Pasar Rokok Stagnan

Chief Executive Officer Philip Morris International Andre Calantzopoulos mengatakan sepanjang 2015, pangsa pasar rokok secara keseluruhan diperkirakan stagnan lantaran perlambatan pertumbuhan ekonomi.

"Sedikit peningkatan pangsa pasar Philip Morris mencerminkan kinerja yang kuat dari rokok kretek buatan mesin, terutama Sampoerna A, Dji Sam Soe Magnum dan Dji Sam Soe Magnum Biru, sebagian diimbangi oleh U Mild, serta portofolio sigaret kretek tangan terutama pada Sampoerna Hijau turun 0,4 poin ke 3%," ungkapnya.

Pada kuartal IV/2015, sambungnya, peningkatan total market share terlihat dari perbandingan menguntungkan pada kuartal IV/2014. Melorotnya market share ditengarai lantaran dampak negatif pemangkasan subsidi bahan bakar minyak (BBM) yang lebih tinggi dari biaya komoditas.

Secara keseluruhan, Philip Morris International Inc. melaporkan laba per saham dilusian sepanjang periode 2015 mencapai US$4,42 atau turun 7,1% sebesar US$0,34 dari tahun sebelumnya US$4,76.

Sepanjang periode 2015, PMI mengantongi pendapatan senilai US$26,79 miliar. Perolehan tersebut terkoreksi 10% dari periode yang sama pada 2014 senilai US$29,76 miliar.

Koreksi pendapatan terdalam terjadi pada wilayah Eropa Barat, Timur Tengah, dan Afrika, termasuk bisnis bebas pajak PMI, mencapai US$7,36 miliar pada 2015. Perolehan itu anjlok 14,5% year-on-year dari periode 2014 yang mencapai US$8,61 miliar.

PMI meraup pendapatan operasional mencapai US$10,97 miliar pada periode 2015. Perolehan tersebut turun 9,1% y-o-y dari tahun sebelumnya yang mencapai US$12,06 miliar.

Sementara itu, volume produksi PMI sepanjang tahun lalu juga terkoreksi 1% menjadi 847,27 miliar batang dari sebelumnya 855,95 miliar batang. Koreksi terbesar terjadi pada produksi Amerika Latin dan Kanada 2,9% menjadi 91,92 miliar batang dari 94,7 miliar batang.

Revenue PMI secara keseluruhan, tidak termasuk pajak, mencapai US$73,9 miliar, turun 7,7% dari tahun sebelumnya US$80,1 miliar. Beban penjualan mencapai US$9,36 miliar, turun 10,3% dari sebelumnya US$10,43 miliar.

Cukai rokok yang dibayarkan PMI sepanjang periode 2015 mencapai US$47,11 miliar, turun 6,4% dari tahun sebelumnya US$50,33 miliar. Laba kotor yang diraup PMI mencapai US$17,42 miliar atau turun 9,8% dari sebelumnya US$19,33 miliar.

Secara keseluruhan, laba bersih yang diatribusikan kepada entitas induk mencapai US$6,87 miliar setara dengan Rp92,78 triliun. Pundi-pundi keuntungan Philip Morris pada 2015 turun 8,3% dari periode sebelumnya US$7,49 miliar setara dengan Rp101,15 triliun.

H.M Sampoerna Diproyeksi Raup Laba Rp101,65 Triliun

Kinerja H.M. Sampoerna pada tahun ini menurut konsensus yang dirangkum Reuters menyebutkan proyeksi pendapatan HMSP sepanjang periode 2016 rerata mencapai Rp99,28 triliun. Penjualan HMSP diproyeksi mencapai kisaran Rp95,35 triliun hingga Rp101,65 triliun.

Proyeksi konsensus yang dirangkum Reuters menyebutkan penjualan yang diraup HMSP selama kuartal I/2016 diperkirakan mencapai rerata Rp24,26 triliun. 

Analis J.P. Morgan Securities Singapore Private Limited Henry Tan memproyeksi pendapatan HMSP pada tahun ini mencapai Rp95,34 triliun, naik 7,4% dari perode 2015 yang mencapai Rp88,78 triliun. Laba bersih diperkirakan mencapai Rp12,61 triliun pada 2016, naik 16% dari proyeksi tahun lalu Rp10,87 triliun.

"Kunci meningkatnya risiko berbalik lantaran pertumbuhan volume yang lebih cepat dari ekspektasi dan kenaikan cukai yang lebih mampu ditangani oleh H.M. Sampoerna," tuturnya dalam riset belum lama ini.

Dia menilai, HMSP merupakan pemimpin pasar dengan porsi 34,9% volume market share. Itu menjadi satu-satunya perusahaan rokok terbesar dalam 10 tahun terakhir.

J.P. Morgan memerkirakan market share HMSP diproyeksi mencapai 35,6% pada 2017. Portofolio merek HMSP terus meningkat seiring dengan lonjakan pendapatan kelas menengah.

Kepada J.P. Morgan, manajemen HMSP mengaku optimistis terhadap peluang pertumbuhan produk di Indonesia lantaran jumlah populasi orang dewasa yang terus bertambah dengan tingkat pendapatan yang melonjak.

Kementerian Perindustrian memproyeksi pada 2020 mendatang, produksi rokok dari Indonesia mencapai 524 miliar batang. Angka itu melonjak 48% dari produksi 2014 sebanyak 352 miliar batang.

Pada 2015, produsen rokok diberikan ruang untuk memproduksi hingga 338 miliar batang. Namun, impor tembakau diperkirakan masih saja meningkat dari 434.000 ton pada 2015 menjadi 599.000 ton pada 2020.

Per semester I/2015, produksi industri rokok di Tanah Air terkoreksi 1,27% y-o-y dengan target 173 miliar batang sepanjang tahun. Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gappri) menilai tahun 2015 lebih berat dibanding 2014 dengan adanya kenaikan tarif yang cukup besar serta kondisi perekonomian yang berdampak pada penurunan daya beli.

Kenaikan Cukai Jadi Tantangan HMSP

Tantangan bagi HMSP pada tahun ini adalah kenaikan cukai bagi sejumlah produk rokok di Indonesia. Kementerian Keuangan memastikan tarif cukai rokok mengalami kenaikan rata-rata 11,19% mulai 1 Januari 2016.

Kepastian penaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) disampaikan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu Heru Pambudi setelah memperhitungkan aspek kesehatan, serta mengakomodisi kemampuan pabrik dan petani rokok.

Pemerintah mengejar target penerimaan negara dari cukai dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016 sebesar Rp146,4 triliun. Sebelum dipatok 11,19%, pemerintah sempat mempertimbangkan untuk menaikkan cukai rokok sebesar 23%, lalu turun menjadi 15%.

Kenaikan tarif cukai rokok terbesar ada pada rokok sigaret putih mesin (SPM) atau rokok putih sebesar 12,96%-16,47%. Rokok jenis sigaret kretek mesin (SKM) sebesar 11,48%-15,66%, dan sigaret kretek tangan (SKT) sebesar 0%-12%.

Beleid itu tertuang dalam peraturan Menteri Keuangan PMK Nomor 198/PMK.10/2015 yang diteken Menkeu Bambang P.S. Brodjonegoro pada 6 November 2015 Tentang Perubahan Kedua PMK 179/PMK.011/2012 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.

Manajemen H.M. Sampoerna terlah membayarkan pita cukai kepada negara Rp38,17 triliun per 30 September 2015, naik dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp30,43 triliun. Utang cukai yang dicatat perseroan mencapai Rp3,12 triliun dari Rp6,16 triliun.

Sementara itu, beban pokok penjualan pita cukai yang ditanggung manajemen HMSP pada Januari-September 2015 sebesar Rp29,28 triliun, lebih tinggi dari sembilan bulan pertama pada 2014 sebesar Rp25,81 triliun.

Secara terpisah, Mathew Wibowo dan Kevin Halim, analis PT Mandiri Sekuritas menilai H.M. Sampoerna memiliki eksposur yang besar pada segmen rokok mild. Ditambah, kemampuan mereka untuk mempertahankan dan meningkatkan market share menjadi kunci keunggulan kompetitif perseroan.

"Dalam pandangan kami, itu menjadi dominasi market share dan baiknya manajemen mengonfirmasi sebagai saham dengan valuasi premium," kata mereka dalam risetnya.

Tahun ini, Mandiri Sekuritas memproyeksi laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (earnings before interest, tax, depreciation, and amortization/EBITDA) H.M. Sampoerna mencapai Rp15,04 triliun, naik 4,9% dari tahun lalu Rp14,33 trliun.

Laba bersih yang diproyeksikan oleh Mansek mencapai Rp11,75 triliun, naik 12,08% dari perkiraan tahun lalu Rp10,48 triliun. Tahun 2015, Mansek memproyeksi pendapatan HMSP naik 10,2% menjadi Rp88,9 triliun.

Konsumen Rokok Bergeser ke Mild

Analis PT Daewoo Securities Indonesia Dang Maulida secara terpisah menilai selama 10 tahun terakhir, pasar rokok di Indonesia telah berhasil disesuaikan dengan berubahnya permintaan perokok dari sigaret kretek tangan (SKT) ke sigaret kretek mesin.

"Selain itu, ada preferensi melonjaknya perokok dewasa dengan TAR dan nikotin yang rendah," ujarnya.

Dia menilai, Indonesia memiliki jumlah perokok yang besar sekitar 255 juta orang dewasa dengan konsumsi 314 miliar batang pada 2014. Laju pertumbuhan penduduk 1,3% menempati posisi tertinggi di Asia dengan profil demografis relatif muda pada usia rerata 29,6 tahun.

Adapun, sejak saham HMSP masuk ke dalam saham-saham paling liquid pada Indeks LQ45 dan Morgan Stanley Capital International (MSCI) Index, saham produsen rokok ini terus diburu. Saham HMSP menjadi pemberat Indeks harga saham gabungan (IHSG) dan terus menempati jajaran top leaders.

Analis PT Reliance Securities Tbk. Lanjar Nafi mengatakan sejak masuknya HMSP ke dalam 45 saham paling likuid atau LQ-45, investor menjadikan saham produsen rokok tersebut menjadi paling favorit. Fund manager banyak yang memasukkan saham HMSP ke dalam portofolio mereka.

"Rata-rata fund manager atau Dana Pensiun membuat portofolio berdasarkan pemberat terhadap IHSG, HMSP menjadi favorit karena memberatkan Indeks," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper