Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GOLDMAN SACHS: Harga Emas Terus Tertekan Sepanjang 2016

Goldman Sachs Group Inc. yang memperkirakan emas akan tertekan sepanjang 2016 akibat kenaikan suku bunga The Fed selama tiga kali. Pasalnya, dolar AS akan semakin menguat dan sehingga menarik pasar investasi emas kepada mata uang tersebut.
Ilustrasi emas./Antara
Ilustrasi emas./Antara

Bisnis.com, SINGAPURA - Goldman Sachs Group Inc. yang memperkirakan emas akan tertekan sepanjang 2016 akibat kenaikan suku bunga The Fed selama tiga kali. Pasalnya, dolar AS akan semakin menguat dan sehingga menarik pasar investasi emas kepada mata uang tersebut.

Data Bloomberg menunjukkan pada perdagangan Rabu (10/2/2016) pukul 19:33 WIB harga emas Comex untuk kontrak April 2016 harganya turun 15,8 poin atau 1,32% menjadi US$1.182,80 per troy ounce. Adapun emas Gold Spot juga merosot 5,39 poin atau 0,45% menjadi US$1.183,74 per troy ounce.

The Fed memang menunda keputusan penaikan suku bunga karena masih tenggelamnya saham global, anjloknya minyak, dan melambatnya pertumbuhan China.

Goldman memproyeksikan pada kuartal I/2016 harga emas berada di posisi US$1.100 per troy ounce, kuartal II/2016 sebesar US$1.050 per troy ounce, dan hanya sekitar US$1.000 per trouy ounce dalam akhir tahun.

Bank Dunia dalam laporannya melansir rerata proyeksi harga emas pada 2016 turun sekitar 9,02% menjadi US$999 per troy ounce dari tahun sebelumnya sebesar US$1.098 pada 2015.

Pada kuartal IV/2015, harga emas sudah turun 2% menjadi US$1.105 troy ounce karena melemahnya permintaan investasi. Platinum pun terpleset 8% karena didorong faktor berlebihnya pasokan dan kenaikan produksi di Afrika Selatan. Sedangkan perak terkoreksi 1% seiring apresiasi dolar AS.

Secara keseluruhan, harga logam mulia diproyeksikan menurun 8% pada 2015 akibat berkurangnya penyerapan. Harga perak jatuh paling dalam, yakni sebesar 11% karena lebih rentan terhadap sentimen negatif. Adapun platinum dan emas masing-masing jatuh 10% serta 7%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper