Bisnis.com, JAKARTA— Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Selasa (9/2/2016) rupiah melemah 155 poin atau 1,14% ke Rp13.752/US$.
Kemarin, rupiah ditutup menguat 27 poin atau 0,20% ke Rp13.597 per dolar AS.
Rupiah menguat di saat perayaan Imlek kemarin, yang merupakan pergerakan kurs di zona hijau di hari ketiga perdagangan.
Arus modal masuk menjadi pendorong utama rupiah bergerak di area penguatannya.
Namun pasar juga menunggu pidato Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen di depan Kongres besok, rabu (10/2/2016)
Bagaimana pergerakan rupiah selanjutnya? Ikuti lajunya secara live hingga penutupan.
Kala IHSG melemah, pelemahan rupiah semakin menipis dengan menurun 15 poin atau 0,11% ke Rp13.612 per dolar AS.
Ringgit dan rupah masih berduet melemah, di saat mata uang lainnya di Asia Tenggara menguat.
Ringgit melemah 0,6% dan rupiah melemah 60 poin atau 0,44% kr Rp13.657/US$.
Sementara itu dolar Singapura (+0,07%), peso Filipina (+0,06%), dan baht Thailand (+0,30%).
Rupiah masih mengalami pelemahan di awal sesi II IHSG yakni turun 61 poin atau 0,45% ke Rp13.658 per dolar AS.
Siang ini rupiah masih melemah 78 poin atau 0,57% ke Rp13.675, sementara itu dengan kondisi indeks dolar yang masih melemah diyakini bisa kembali mengerek kurs.
Setelah Senin indeks dolar AS ditutup melemah 0,48% ke 96,57, hari ini pk. 12.12 WIB indeks jadi melemah 0,05% ke 96,523.
Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi kurs rupiah atas dolar Amerika Serikat sepanjang minggu ini akan terbantukan sentimen pelemahan dolar di pasar global.
“Minggu ini rupiah masih akan terbantu sentimen pelemahan dolar di pasar global,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (9/2/2016).
Dikemukakan ekspektasi kenaikan lanjutan Fed Rate memudar semenjak awal tahun, setelah data penyerapan tenaga kerja AS diumumkan buruk.
Baik indeks dolar dan imbal hasil UST 10 tahun anjlok. Bahkan yen dan euro menguat tajam di tengah pelonggaran moneter oleh BoJ dan ECB.
Rangga mengemukakan indeks dolar berpeluang tetap tertekan di minggu ini.
Sementara itu inflasi Jepang yang dirilis Rabu pagi, kemungkinan naik, dan pertumbuhan PDB Zona Euro pada Jumat sore, kemungkinan memburuk. Menjadi dua data ekonomi global yang paling ditunggu minggu ini.
Dari dalam negeri, prospek pertumbuhan domestik yang terus membaik berhasil mendorong penguatan aset berdenominasi rupiah, termasuk rupiah, SUN dan IHSG.
“Rupiah bisa terus menguat, optimisme pertumbuhan kembali,” kata Rangga.
Membaiknya pertumbuhan PDB juga menjadi bukti agresivitas belanja pemerintah masih mampu mendukung pertumbuhan, di tengah penurunan harga komoditas.
Aliran dana asing yang terus masuk baik ke saham dan SUN menunjukkan investor asing yang juga optismistis.
“Tentu faktor eksternal seperti harapan kenaikan FFR target yang terus memudar juga menjadi faktor kunci penguatan rupiah,” kata Rangga.
Rangga mengatakan penurunan cadangan devisa menjadi satu-satunya hal negatif, yang juga bisa berarti gelontoran likuiditas dari BI untuk mendorong perekonomian masih akan terbatas.
Fokus akan perlahan beralih ke neraca perdagangan di Senin pagi, serta keputusan BI Rate beberapa hari setelahnya yang diperkirakan turun 25bps.
Rupiah bergerak melemah 0,5% atau 68 poin ke Rp13.665 per dolar AS pada akhir sesi I perdagangan bursa saham
Mata uang di Asia Tenggara berbalik mayoritas menghijau, dengan penguatan dolar Singapura (+0,02%), peso Filipina (+0,04%),d an baht Thailand (+0,24%).
Sementara itu yang masih melemah adalah ringgit (-0,64%) dan rupiah melemah 71 poin ayau 0,64% ke Rp13.668/US$
Kurs Jisdor melemah 36 poin setelah libur panjang imlek, di saat lonjakan yen menekan kurs rupiah di pasar spot.
Data Bank Indonesia menunjukkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) pada Selasa (9/2/2016) melemah 36 poin atau terdepresiasi 0,26% ke Rp13.689 per dolar AS.
Rupiah juga tertekan di pasar spot, melemah 0,72% atau 98 poin ke Rp13.695 per dolar AS pada pukul 10.11 WIB. Kemarin, rupiah menguat 27 poin ke Rp13.597 per dolar AS di pasar spot ketika bank domestik tidak beroperasi selama libur tahun baru imlek.
Rupiah tertekan oleh aksi cari aman investor menghindari risiko gejolak pasar finansial. Aliran modal ke safe haven Asia mendongkrak yen hingga 1,08% ke level 114,6 per dolar AS dan menekan yield obligas pemerintah Jepang ke level 0%.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar yen terhadap rupiah melonjak 2,64% ke Rp119,47 pada pukul 10.16 WIB. Adapun indeks dolar AS melemah 0,11% ke level 96,467.
Rangga Cipta, ekonom dari Samuel Sekuritas, mengatakan penurunan cadangan devisa yang turun US$3,8 miliar di saat pasar memproyeksikan kenaikan sedikit mengurangi ruang penguatan rupiah.
Namun, laju pertumbuhan ekonomi yang melebihi estimasi dan inflasi yang rendah masih memberikan sentimen positif pada rupiah.
“Fokus di domestik akan beralih perlahan ke potensi pemangkasan BI Rate lanjutan serta keputusan pemerintah terhadap kereta cepat,” kata Rangga.
Rupiah melemah 91 poin atau 0,67% ke Rp13.688.
"Investor sedang menanti komentar Yellen (Gubernur Federal Reserve) mengenai kondisi ekonomi dan kebijakan moneter pada Rabu dan Kamis ini," tulis HP Analytics dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (9/2/2016).
Mata uang di Asia Tenggara mayoritas melemah, hanya baht Thailand yang menguat 0,08%.
Lainnya melemah yaitu dolar Singapura (-0,09%), peso Filipina (0,04%), ringgit Malaysia (0,38%), rupiah menguat 88 poin atau 0,65% ke Rp13.685 per dolar AS.
.
Rupiah bergerak melemah 97 poin atau 0,71% ke Rp13.694 per dolar AS setelah bursa saham dibuka.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Selasa (9/2/2016) rupiah melemah 155 poin atau 1,14% ke Rp13.752/US$.
Indeks dolar Amerika Serikat kembali melemah di penutupan perdagangan Senin atau Selasa pagi WIB.
Indeks dolar AS melemah 0,48% ke 96,570. Sementara itu pada akhir pelan, indeks dolar AS menguat 0,58% ke 97,031.
Seperti diketahui dalam dua pekan perdagangan terakhir, indeks dolar mayoritas melemah dan meluncur dari level 99.
Sementara itu mata uang yen menguat, karena meningkatnya permintaan aset safe haven di saar pasar gelisah terhadap perkembangan ketahanan pertumbuhan global.
Fokus pasar juga akan beralih pada pidato Gubernur Federal Reserve Janet Yellen di depan kongres yang digelar di Washington pekan ini. Pidato ini menjadi petunjuk pembuat kebijakan terkait kemungkinan kembali naiknya suku bunga AS.
"Ketidakpastian terus meningkat dan masih ada peluang Fed (menaikkan suku bunga lagi) tahun ini. Sementara itu Jepang memiliki sistem perbankan yang stabil dan surplus transaksi berjalan," kata Joe Manimbo, Analis Western Union Business Solutions seperti dikutip Bloomberg, Selasa (9/2/2016) .