Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pergerakan Indeks : Bulan Februari IHSG Berpeluang Rally

Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang untuk rally setelah terjadi teknikal rebound dan konsolidasi bursa saham global. Sebulan terakhir, IHSG berhasil ditutup naik 1% dan berkinerja terbaik di dunia.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA--Indeks harga saham gabungan (IHSG) berpeluang untuk rally setelah terjadi teknikal rebound dan konsolidasi bursa saham global. Sebulan terakhir, IHSG berhasil ditutup naik 1% dan berkinerja terbaik di dunia.

Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, mengatakan teknikal rebound masih akan berlanjut pada bursa global setelah pekan lalu terjadi konsolidasi. Tekanan terhadap bursa saham global mulai mereda setelah kembali naiknya harga minyak dunia ke atas level US$30 per barel.

"Akan terjadi teknikal rebound dan bagus bagi IHSG. Saya melihat IHSG berpeluang untuk tren naik yang cukup panjang alias rally pada Februari," ungkapnya saat dihubungi Bisnis.com, Minggu (31/1/2016).

Reli panjang IHSG disokong oleh kondisi bursa global yang juga melaju. Tidak hanya itu, fundamental ekonomi Indonesia terbilang berada pada level stabil, sehingga pelaku pasar hanya akan menanti data pertumbuhan ekonomi sepanjang 2015 yang bakal dirilis pemerintah.

Kondisi pada kuartal IV/2015, sambungnya, pertumbuhan ekonomi biasanya jauh lebih buruk ketimbang kuartal sebelumya. Namun, sinyalemen membaiknya kondisi pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun lalu tampaknya mulai terlihat.

Sementara itu, data inflasi Januari 2016 juga ditunggu oleh pelaku pasar. Bila saat pemerintahan sebelumnya, periode Januari selalu tidak banyak mengalami pergerakan lantaran mayoritas anggaran belum dicairkan.

Akan tetapi, pada pemerintahan Presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla, pemerintah telah menyiapkan paket kebijakan yang dirilis sejak akhir tahun lalu. Sehingga, likuiditas dana pemerintah dapat diatasi dan pencairan anggaran dapat dilakukan sejak awal tahun.

Dalam 10 tahun masa pemerintahan sebelumnya, kata dia, pemerintah selalu berjuang agar harga bahan bakar minyak (BBM) tidak dinaikkan pada akhir tahun. Sehingga, APBN selalu tekor karena dana APBN ludes untuk alokasi subsidi BBM.

Kondisi berbeda terjadi saat ini. Pemerintah tidak lagi kesulitan likuiditas pada akhir dan awal tahun karena tak memiliki beban untuk menahan harga BBM setelah subsidi dicabut.

Pada pekan ini, IHSG diproyeksi berada pada level support 4.570 dan resistance 4.639. Awal pekan ini, IHSG berpeluang reli ke level 4.800-5.000 apabila Indeks berhasil menembus level tertinggi 4.639.

"Peluang rally bisa bertahan hingga akhir bulan. Sentimen dari ekonomi dan teknikal rebound bursa global harga minyak," paparnya.

Pada saat bersamaan, dia mengatakan nilai tukar rupiah masih berada pada kisaran yang cukup bagus. Terlebih lagi, Bank Indonesia masih memiliki peluang untuk menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate.

Pekan ini, kurs rupiah diproyeksi bergerak pada level support Rp13.600 per dolar AS dan level resistance Rp14.000 per dolar AS. Kecenderungannya, kurs rupiah masih flat dan mengalami penguatan tipis.

Secara terpisah, Head of Corporate Strategy & Research PT Bahana Securities Harry Su, mengatakan pekan ini investor menunggu rilis data inflasi Januari 2016 oleh pemerintah.

Inflasi sepanjang awal 2016 tersebut, katanya, perlu dicermati akibat mulai merangkaknya harga beras sebagai efek dari elnino. Inflasi dari sektor pangan dinilai perlu dicermati lantaran bila lebih tinggi dari ekspektasi, kurs rupiah bakal terpuruk.

Pelaku pasar, sambungnya, juga tengah menanti rilis data pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun lalu. Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2015 berada pada level 4,9% dengan proyeksi full year 2015 mencapai 4,7%-4,8%.

Adapun, Bahana Securities memproyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2015 hanya 4,8% dan 4,7% untuk proyeksi sepanjang tahun lalu. Proyeksi itu terjadi seiring dengan masih lemahnya harga komoditas, terganggunya pendapatan petani, tergerusnya ekspor, dan pelemahan ekonomi global, serta depresiasi rupiah.

Depresiasi rupiah dinilai mempengaruhi banyak margin perusahaan manufaktur. Selain itu, katanya, paruh pertama tahun lalu terjadi merger sejumlah kementrerian sehingga diperlukan adanya perubahan nomenklatur dan mengakibatkan keterlambatan penyerapan anggaran.

Pada tahun ini, Bahana memproyeksi pertumbuhan ekonomi mencapai 5,1% berbanding dengan proyeksi BI 5,2%-5,5%, serta pemerintah 5,3%. Proyeksi Bahana lebih rendah dari perkiraan pemerintah dan BI lantaran pendapatan pajak diperkirakan akan terkoreksi, sehingga mengganggu target APBN.

Sementara itu, kurs rupiah diproyeksi akan melemah ke level Rp14.500 per dolar AS hingga akhir tahun. Pelemahan rupiah terjadi akibat kenaikan impor yang bakal menekan kurs saat produk domestik bruto (PDB) mulai menggeliat naik.

Saat ini, kurs rupiah dinilai masih stabil karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal I/2016 diperkirakan masih lemah. Seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi Indonesia, nilai impor juga bakal meningkat dan bakal menekan kurs rupiah.

Sebaliknya, analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya menilai IHSG terlihat akan bergerak konsolidatif, pasca kenaikan beruntun dalam beberapa hari belakangan. Jika terjadi koreksi sehat selama tidak menembus level support, maka dapat dilakukan aksi akumulasi beli.

"Pergerakan IHSG akan bervariatif dengan potensi penguatan yang masih cukup besar untuk timeframe jangka panjang," ujarnya.

Sementara, untuk jangka pendek, IHSG memiliki kecenderungan tertekan dengan potensi menguji support 4.502 dengan target resistance terdekat saat ini berada pada level 4.639. Potensi penguatan akan cukup dipengaruhi oleh volatilitas harga komoditas minyak serta nilai tukar, dan akan ditopang oleh sentimen dari rilis data perekonomian yang diperkirakan cukup stabil.

Akhir pekan lalu, IHSG ditutup naik 0,27% sebesar 12,23 poin ke level 4.615,16 dengan catatan net buy investor asing Rp1,41 triliun. Sejak awal tahun, investor asing masih tercatat net sell sebesar Rp2,34 triliun.

Sepanjang pekan lalu, IHSG berhasil naik 3,55% sebesar 158,42 poin ke level 4.615,16 dari minggu sebelumnya 4.456,74. IHSG berhasil menembus level psikologis 4.600 setelah sebelumnya volatile di bawah level tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper