Bisnis.com, JAKARTA— Harga batu bara terkoreksi menurun 0,66% atau 0,30 poin ke posisi US$45,20 per metrik ton pada penutupan perdagangan di bursa komoditas ICE Futures Europe Commodities Kamis (28/1/2016).
Usai reli terkerek naik, batu bara kembali harus ditutup jatuh tipis. Padahal harga minyak mentah terus beranjak naik di atas US$33 per barel.
Minyak WTI diperdagangkan menguat 1,32% ke US$33,66 per barel sedangkan Brent menguat 1,39% ke US$34,36 per barel pukul 12.32 WIB.
Seperti yang dikutip dari Bloomberg, Afrika Selatan merupakan pembeli batu bara terbesar yang digunakan untuk pembangkit listrik Arnot. Akhir tahun lalu, Eskom Holdings Ltd SOC tidak memperpanjang kontrak Exxaro Resources Ltd untuk memasok Arnot karena harga yang terlalu tinggi. Arnot memasok 20% batubara untuk pembangkit listrik 2.000 megawatt.
Menurut National Union of Mineworkers, Exxaro telah berhenti beroperasi sejak akhir tahun dan membuat sekitar 1.700 pekerja khwatir akan kehilangan pekerjaan mereka. Perusahaan belum menerima tawaran untuk tambang.
Mark Levin, analis BB & T Capital Markets di Richmond, Virginia, mengatakan kelebihan pasokan menandakan 2016 akan sama menyakitkan seperti 12 bulan terakhir, ketika industri kehilangan 240 juta ton senilai permintaan dalam 7 tahun terakhir.
Perusahaan batu bara perlu memangkas 100 juta ton produksi untuk menyeimbangkan permintaan, katanya.
Pergerakan harga batu bara kontrak Februari 2016 di bursa Rotterdam:
Tanggal | US$/MT | Change (%) |
28 Januari | 45,20 | -0,66 |
27 Januari | 45,50 | +1,22 |
26 Januari | 44,95 | +0,22 |
25 Januari | 44,85 | -1,21 |
22 Januari | 45,40 | +0,44 |
Sumber: Bloomberg
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel