Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Awal Desember, Rupiah Menguat 63 Poin Didorong Inflasi Rendah

Mengawali bulan Desember, kurs rupiah berhasil terapresiasi 63 poin ke level Rp13.784/US$ dan menjadi mata uang yang menguat paling tajam di Asia setelah ringgit Malaysia.
Rupiah/JIBI-Abdullah Azzam
Rupiah/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—Mengawali bulan Desember, kurs rupiah berhasil terapresiasi 63 poin ke level Rp13.784/US$ dan menjadi mata uang yang menguat paling tajam di Asia setelah ringgit Malaysia.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan di pasar spot hari ini, Selasa (1/12/2015), kurs rupiah berhasil menguat 63 poin atau 0,45% ke level Rp13.784/US$.

Rilis data ekonomi Indonesia mendorong nilai tukar terapresiasi. Sepanjang hari ini, rupiah menyentuh level terkuat Rp13.777/US$ dan terlemah Rp13.855/US$. Sejak awal tahun, rupiah masih terdepresiasi 10,13%.

Rupiah  menguat setelah rilis data inflasi. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data inflasi November sebesar 4,89% year-on-year, sejalan dengan estimasi ekonom yaitu turun menjadi lebih rendah dari 5%.

Pada saat bersamaan, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menguat 32 poin. Data yang diterbitkan Bank Indonesia menempatkan Jisdor level di Rp13.808/US$, menguat 32 poin atau 0,23% dari kurs kemarin.

Level tersebut juga sama dengan kurs tengah yang dipatok oleh Bank Indonesia. Adapun, kurs transaksi BI ditetapkan pada level Rp13.877/US$ untuk kurs jual dan kurs beli pada level Rp13.739/US$.

Belum lama ini, BI mengumumkan data cadangan devisa (Cadev) per 31 Oktober 2015 yang tersisa US$100,7 miliar atau turun US$1 miliar setara dengan Rp13,5 triliun untuk intervensi kurs rupiah selama sebulan.

Posisi Cadev per akhir Oktober 2015 lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir September 2015 yang mencapai US$101,7 miliar. Cadev tersebut cukup untuk membiayai 7,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Sejak Juli 2015 silam, BI tercatat telah menguras Cadev US$6,85 miliar setara dengan Rp92,47 triliun. Pada Juli lalu, Cadev RI masih mencapai US$107,55 miliar.

Adapun, suku bunga acuan atau BI Rate yang dipertahankan pada level 7,5% pada 17 November 2015.

Berikut kurs rupiah di pasar spot:

Tanggal

Level (Rp/US$)

Perubahan (%)

1 Desember

13.784

+0,45

30 November

13.847

-0,33

27 November

13.801

-0,43

26 November

13.742

-0,38

25 November

13.690

+0,20

Sumber: Bloomberg.

Berikut kurs Jisdor Bank Indonesia:

Tanggal

Level (Rp/US$)

Perubahan (%)

1 Desember

13.808

+0,23

30 November

13.840

-0,68

27 November

13.747

-0,10

26 November

13.733

-0,43

25 November

13.673

+0,36

Sumber: Bank Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper