Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga CPO Diprediksi Masih Lemah pada 2016

Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) mencapai US$580-USS$600 per ton pada 2016 karena sejumlah faktor dalam dan luar negeri.
Ilustrasi pabrik CPO/Antara
Ilustrasi pabrik CPO/Antara

Bisnis.com, NUSA DUA--Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memperkirakan harga minyak sawit (crude palm oil/CPO) mencapai US$580-USS$600 per ton pada 2016 karena sejumlah faktor dalam dan luar negeri.

Perkiraan tersebut belum berbeda jauh dari realisasi harga rata-rata CPO periode Januari-Oktober 2015 senilai US$584 per ton. Pada 2014, harga rata-rata tersebut mencapai di atas US$800 per ton.

Direktur Eksekutif Gapki Fadhil Hasan mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi harga minyak sawit pada 2016 antara lain bencana global yaitu El-Nino. Efek ini diperkirakan bakal mempengaruhi produktivitas dan produksi minyak sawit pada 2016.

“Efek dari El-Nino dan kebakaran lahan dan hutan akan mengurangi produktivitas dan produksi minyak sawit pada 2016. Diestimasikan produksi akan turun sebesar 3%-5%,” kata Fadhil dalam konferensi minyak sawit Indonesia ke-11, Jumat (27/11/2015).

Menurutnya, kebakaran hutan dan lahan yang diperparah oleh El-Nino menjadi salah satu efek negatif bagi industri minyak sawit karena industri menjadi sering disalahkan sebagai penyebab utama kejadian yang menimbulkan kabut asap tersebut.

Selain itu, sambung Fadhil, faktor lain yang mempengaruhi harga minyak sawit pada 2016 adalah implementasi program mandatori B15 atau program pencampuran 15% minyak sawit dalam bahan bakar solar.

Program tersebut juga diperkirakan bakal menurunkan ekspor CPO pada tahun depan. “Pada 2016, diestimasikan ekspor akan menurun atau stagnan karena penggunaan CPO untuk program B15 dan efek dari El-Nino. Diperkirakan ekspor akan berada di rentang 23-24 juta ton,” katanya.

Fadhil sendiri memperkirakan ekspor akan mencapai 25,7 juta ton pada 2015 atau lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi 21,7 juta ton pada 2014. Perkiraan itu berdasarkan asumsi ekspor November dan Desember 2015 sama seperti periode yang sama 2014.

“Ekspor dari Januari-Oktober 2015 sejumlah 21,5 juta ton. Kalau perhitungan untuk November dan Desember setidaknya sama seperti November dan Desember 2014 tahun lalu, ekspor tahun ini bisa menjadi 25,7 juta ton,” katanya.

Di samping itu, Fadhil memperkirakan produksi CPO mencapai 33-35 juta ton pada 2016 atau tidak jauh berbeda dibandingkan dengan perkiraan produksi 35 juta ton pada 2015. Produksi tersebut digunakan untuk keperluan ekspor dan domestik (keperluan makanan, industri dan sebagainya).

Sebelumnya, Ketua Umum Gapki Joko Supriyono memaparkan pelemahan harga CPO sepanjang 2015 disebabkan sejumlah faktor antara lain melemahnya permintaan dari negara importir utama dari Eropa dan Timur Tengah, turunnya harga minyak mentah dan belum efektifnya program biodiesel di Malaysia dan Indonesia

Dalam kesempatan yang sama, ahli dari International Statistical Agriculturan Information (ISTA) Oil World Thomas Mielke memaparkan peningkatan harga pada 2016 akan sangat dipengaruhi oleh efek El-Nino dan program biodiesel di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper