Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NILAI TUKAR 25 November: Penembakan Jet Tempur Rusia, Rupiah & Kurs Asia Justru Menguat

Penembakan oleh Turki terhadap Rusia tampaknya tidak berdampak pada mata uang Asia, termasuk rupiah. Hari ini, mayoritas mata uang di Asia berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat.
Suasana di kantor valuta asing./JIBI-Dwi Prasetya
Suasana di kantor valuta asing./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA—Penembakan oleh Turki terhadap Rusia tampaknya tidak berdampak pada mata uang Asia, termasuk rupiah. Hari ini, mayoritas mata uang di Asia berhasil menguat terhadap dolar Amerika Serikat.

Pada perdagangan hari ini di pasar spot, Rabu (25/11/2015), seperti dikutip dari Bloomberg, kurs rupiah berhasil menguat 28 poin atau 0,20% ke level Rp13.690/US$. Penguatan rupiah terseret oleh menguatnya mayoritas mata uang di Asia.

Sepanjang hari ini, mata uang yang menguat paling tajam terjadi pada won Korea 0,9%, disusul oleh dolar Taiwan 0,8%. Sebaliknya, yuan Jepang paling anjlok dengan koreksi 0,05%.

Rupiah sepanjang hari ini bergerak pada level Rp13.633/US$-Rp13.708/US$. Sejak awal tahun, rupiah masih terdepresiasi 9,51%.

Citigroup Inc, salah satu trader valas terbesar dunia, menyatakan dolar sulit menguat lebih tajam pasca The Fed menaikkan suku bunga acuan pada Desember.

Kenaikan stimulus oleh European Central Bank juga tidak akan mendorong dolar terapresiasi lebih tajam terhada Euro.

“Investor sebaiknya tidak menunggu sampai rapat FOMC untuk mengambil untung. Jika ada berada di posisi jangka panjang, rapat FOMC tidak akan memberikan insentif apa-apa,” kata Steven Englander dari Citigroup kepada Bloomberg.

Pada saat bersamaan, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menguat 50 poin atau 0,36% ke level Rp13.673/US$ dari sebelumnya. Level tersebut sama dengan kurs tengah Bank Indonesia.

Adapun, kurs transaksi BI dipatok pada level Rp13.741/US$ untuk kurs jual. Sedangkan, kurs beli dipatok Rp13.605/US$.

Belum lama ini, BI mengumumkan data cadangan devisa (Cadev) per 31 Oktober 2015 yang tersisa US$100,7 miliar atau turun US$1 miliar setara dengan Rp13,5 triliun untuk intervensi kurs rupiah selama sebulan.

Posisi Cadev per akhir Oktober 2015 lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir September 2015 yang mencapai US$101,7 miliar. Cadev tersebut cukup untuk membiayai 7,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Sejak Juli 2015 silam, BI tercatat telah menguras Cadev US$6,85 miliar setara dengan Rp92,47 triliun. Pada Juli lalu, Cadev RI masih mencapai US$107,55 miliar.

Adapun, suku bunga acuan atau BI Rate yang dipertahankan pada level 7,5% pada 17 November 2015.

 

Berikut kurs rupiah di pasar spot:

Tanggal

Level (Rp/US$)

Perubahan (%)

25 November

13.690

+0,20

24 November

13.718

+0,03

23 November

13.722

-0,73

20 November

13.623

+1,10

19 November

13.775

+0,32

Sumber: Bloomberg.

Berikut kurs Jisdor Bank Indonesia:

Tanggal

Level (Rp/US$)

Perubahan (%)

25 November

13.673

+0,36

24 November

13.723

-0,20

23 November

13.696

+0,31

20 November

13.739

+0,35

19 November

13.787

-0,17

Sumber: Bank Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper