Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tanpa Aksi OPEC, Harga Minyak Bisa Jatuh Ke US$20

Venezuela memperkirakan harga minyak bisa terperosok hingga US$20 bila Organization of the Petroleum Exporting Countries tidak mengambil tindakan untuk menyeimbangkan pasar. Negara Amerika Latin itu memang menjadi salah satu anggota organisasi negara eksportir minyak yang ekonominya paling tertekan pasca kejatuhan harga komoditas energi tersebut.
Harga minyak berpotensi terus melemah jika OPEC  tidak mengambil tindakan untuk menyeimbangkan pasar/ilustrasi-JIBI
Harga minyak berpotensi terus melemah jika OPEC tidak mengambil tindakan untuk menyeimbangkan pasar/ilustrasi-JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -- Venezuela memperkirakan harga minyak bisa terperosok hingga US$20 bila Organization of the Petroleum Exporting Countries tidak mengambil tindakan untuk menyeimbangkan pasar. Negara Amerika Latin itu memang menjadi salah satu anggota organisasi negara eksportir minyak yang ekonominya paling tertekan pasca kejatuhan harga komoditas energi tersebut.

Adapun, sampai perdagangan hari ini sampai 09:45 WIB, harga minyak West Texas Intermerdiate (WTI) terperosok 2,12% menjadi US$41,01 per barel, sedangkan harga minyak Brent turun 1,34% menjadi US$44,06 per barel.

Ric Spooner, analis utama CMC Market, mengatakan setiap keputusan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) harus dapat persetujuan dari produsen terbesarnya yaitu Arab Saudi.

"Adapun, masuknya produksi Iran ke pasar bisa kian semakin memperburuk fundamental harga minyak," ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Senin (23/11/2015).

Menteri Perminyakan Venezuela Euologio Del Pino menuturkan saat ini Arab Saudi dan Qatar sedang mempertimbangkan usulan Venezuela untuk keseimbangan harga minyak menjadi US$88. Negara Amerika Latin itu memberikan usulan pada bulan lalu saat pertemuan di Iran antara OPEC dengan Rusia.

Adapun, OPEC membuat keputusan pemangkasan produksi bukan strategi yang tepat untuk saat ini. Pasalnya, Amerika Serikat (AS) yang produksi shale oilnya berada di level tertinggi dalam tiga dekade tidak mau diajak berunding untuk memangkas produksinya bersama-sama. Melihat hal itu, Rusia pun ikut menilai pemangkasan produksi dari OPEC hanya akan menggarami air laut saja.

Fundamental harga minyak memburuk pun diakibatkan negara importir minyak terbesar dunia, AS memiliki  produksi shale oil yang besar sehingga permintaan impor minyak dari Negeri Paman Sam menurun. Di saat yang sama, ekonomi China sedang memburuk sehingga permintaan minyak kian susut dan harga terbebani produksi AS yang sangat tinggi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Sumber : bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper