Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tunggu The Fed, Kurs Rupiah Terdepresiasi 73 Poin ke Rp13.819/US$

Menjelang rilis catatan pertemuan pejabat bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, kurs rupiah terdepresiasi 73 poin ke level Rp13.819/US$ akibat penguatan dolar AS.
Rupiah/JIBI-Abdullah Azzam
Rupiah/JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA—Menjelang rilis catatan pertemuan pejabat bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve, kurs rupiah terdepresiasi 73 poin ke level Rp13.819/US$ akibat penguatan dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, kurs rupiah di pasar spot, Rabu (18/11/2015), ditutup melemah 0,53% dari penutupan sehari sebelumnya Rp13.746/US$.

Sepanjang hari ini, kurs rupiah bergerak pada level terkuat Rp13.728/US$ dan terlemah Rp13.827/US$. Rupiah melemah bersama dengan mayoritas mata uang Asia lainnya.

Dolar menguat sebelum rilis catatan pertemuan pejabat bank sentral AS (Federal Reserve) pada Rabu atau Kamis pagi WIB.

Hal ini dikaitkan kemungkinan kenaikan Fed Rate pada Desember, setelah stagnan sejak tahun 2006.

"Menyorot catatan Fed pada Oktober apakah mendukung kenaikan suku bunga pada Desember," kata Sam Tuck, Ahli Strategi Mata Uang Senior ANZ Bank New Zealand Ltd seperti dikutip Bloomberg, Rabu (18/11/2015).

Pada saat yang sama, kurs tengah Bank Indonesia melemah ke Rp13.763/US$. Penguatan dolar menekan mayoritas kurs Asia di pasar spot.

Bank Indonesia menetapkan kurs tengah di level Rp13.763/US$, melemah 52 poin atau terdepresiasi 0,38% dibandingkan kurs kemarin. Posisi itu sama dengan level kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Index (Jisdor).

Adapun, kurs transaksi BI dipatok Rp13.832/US$ untuk kurs jual, dan Rp13.694/US$ untuk kurs beli.

Belum lama ini, BI mengumumkan data cadangan devisa (Cadev) per 31 Oktober 2015 yang tersisa US$100,7 miliar atau turun US$1 miliar setara dengan Rp13,5 triliun untuk intervensi kurs rupiah selama sebulan.

Posisi Cadev per akhir Oktober 2015 lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir September 2015 yang mencapai US$101,7 miliar. Cadev tersebut cukup untuk membiayai 7,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Sejak Juli 2015 silam, BI tercatat telah menguras Cadev US$6,85 miliar setara dengan Rp92,47 triliun. Pada Juli lalu, Cadev RI masih mencapai US$107,55 miliar.

Adapun, suku bunga acuan atau BI Rate yang dipertahankan pada level 7,5% pada 17 November 2015.

Berikut kurs rupiah di pasar spot:

Tanggal

Level (Rp/US$)

Perubahan (%)

18 November

13.819

-0,53

17 November

13.746

+0,02

16 November

13.749

-0,47

13 November

13.685

-0,65

12 November

13.597

+0,02

Sumber: Bloomberg.

Berikut kurs Jisdor Bank Indonesia:

Tanggal

Level (Rp/US$)

Perubahan (%)

18 November

13.763

-0,38

17 November

13.711

+0,15

16 November

13.732

-0,73

13 November

13.633

-0,42

12 November

13.575

+0,01

Sumber: Bank Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper