Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Turun

Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena dolar AS yang lebih kuat memberikan tekanan pada logam mulia.
Emas /Bisnis
Emas /Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA-- Emas berjangka di divisi COMEX New York Mercantile Exchange berakhir turun pada Jumat (Sabtu pagi WIB), karena dolar AS yang lebih kuat memberikan tekanan pada logam mulia.

Kontrak emas yang paling aktif untuk pengiriman Desember turun 16,5 dolar AS, atau 1,49 persen, menjadi menetap di 1.087,70 dolar AS per ounce.

Xinhua melaporkan, dolar AS melonjak terhadap mata uang utama lainnya Jumat, sehingga menekan emas.

Emas berada di bawah tekanan lebih lanjut ketika laporan yang dirilis oleh Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan data ketenagakerjaan jauh lebih baik daripada yang diharapkan, dengan angka pengangguran jatuh menjadi lima persen dan daftar gaji naik 271.000.

Para analis mencatat sisi pengangguran dari pasar tenaga kerja masih tetap sangat menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi.

Mereka juga menyimpulkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada Desember tetap tinggi karena laporan yang sangat positif ini, ketika Fedwatch CMEGroup menunjukkan probabilitas tersirat kenaikan suku bunga Desember di 70 persen.

Ekspektasi awal penundaan kenaikan suku bunga hingga 2016, tetapi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada akhir Oktober menegaskan bahwa Fed ingin menaikkan suku sebelum akhir 2015.

Ketua The Fed Janet Yellen mengatakan pada Rabu bahwa kenaikan suku bunga Desember masih "di atas meja". Peningkatan suku bunga Fed mendorong investor menjauh dari emas dan menuju aset-aset dengan imbal hasil, karena logam mulia tidak mengenakan suku bunga.

Belum ada peningkatan suku bunga The Fed sejak Juni 2006, sebelum awal krisis keuangan Amerika.

Sementara, perak untuk pengiriman Desember turun 29,2 sen, atau 1,95 persen, menjadi ditutup pada 14,691 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari turun 13,1 dolar AS, atau 1,37 persen, menjadi ditutup pada 940,00 dolar AS per ounce.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper