Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Paling Perkasa di Asia Pasifik, Ini Musababnya

Pergerakan nilai tukar rupiah kembali melonjak dan mencatatkan penguatan mingguan terbesar sejak 2001. Pendukungnya adalah hasil notulensi pertemuan Federal Reserve pada bulan lalu menunjukkan peluang kenaikan suku bunga pada tahun ini kian menipis.
Rupiah./JIBI-Rachman
Rupiah./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pergerakan rupiah kembali melonjak dan mencatatkan penguatan mingguan terbesar sejak 2001. Pendukungnya adalah hasil notulensi pertemuan Federal Reserve pada bulan lalu yang menyatakan peluang penaikan suku bunga pada tahun ini kian menipis.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 14.11 WIB, rupiah menguat 3,23% menjadi Rp13.439 per dolar AS dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI) Rp13.521. Rupiah pun menguat paling tinggi di Asia Pasifik pada perdagangan hari ini.

Michael Every, Kepala Riset Pasar Uang Rabobank Grup, mengatakan rebound jauh beberapa mata uang emerging market seperti rupiah dan ringgit adalah dampak dari penurunan yang terlalu tajam sampai bulan lalu.

"Tapi, permasalahan belum usai bila suku bunga Federal Reserve belum naik dan kondisi ekonomi China belum pulih," ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Jumat (9/10/2015).

Selain itu, penguatan mata uang emerging market termasuk rupiah juga datang dari buruknya data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan notulensi pertemuan Federal Reserve (the Fed) yang dirilis kemarin.

Dalam notulensi itu dipaparkan bahwa peluang kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini sangat tipis. Pasalnya, dengan harga komoditas yang masih rendah dan posisi tenaga kerja AS yang lemah, maka Negeri Paman Sam akan kesulitan mencapai target inflasinya yaitu sebesar 2%.

Inflasi bulanan AS pada Agustus saja masih berada pada level -0,1%.

Belum lagi, salah satu data ekonomi yang dijadikan the Fed indikator kenaikan suku bunga yaitu non-farm payroll (NFP) pada September kian memburuk setelah melambat ke 142.000 dibandingkan dengan proyeksi pasar bisa kembali ke kisaran 203.000.

Optimisme pasar terkait kenaikan suku bunga the Fed pada tahun ini terjadi setelah pada Juni NFP sudah berada di kisaran 250.000, tetapi ternyata pertumbuhan NFP terus melambat lagi.

Selain itu, pendorong nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini adalah peningkatan harga komoditas. Bloomberg Commodity Index yang mencakup 22 komoditas mencatatkan penaikan intraday sebesar 0,83% menjadi 91,09. Sepanjang bulan ini, indeks komoditas itu sudah menguat sebesar 4,49%.

Kenaikan harga komoditas mendorong rupiah dan ringgit karena dua negara yang bertetanggaan itu cukup bergantung kepada ekspor komoditas dalam neraca perdagangannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper