Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KURS RUPIAH 8 OKTOBER: Rupiah Berakhir Melemah ke Rp13.887/US$

Nilai tukar rupiah berakhir melemah 0,48% atau 66 poin ke level Rp13.887 per dolar AS.
Rupiah/Bisnis
Rupiah/Bisnis
Live Timeline

Bisnis.com, JAKARTA— Nilai tukar rupiah berakhir melemah 0,48% atau 66 poin ke level Rp13.887 per dolar AS. Pelemahan ini terjadi sejalan dengan mayoritas nilai tukar Asia terhadap dolar AS, menjelang dirilisnya notulensi FOMC meeting.

Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Kamis (8/10/2015) rupiah melemah 29 poin atau 0,21% ke Rp13.850/US$.

LIHAT JUGA: Menjaga Ketahanan Ekonomi dan Rupiah

16:06 WIB
Pukul 15.59 WIB: Rupiah Berakhir Melemah ke Rp13.887/US$

Nilai tukar rupiah berakhir melemah 0,48% atau 66 poin ke level Rp13.887 per dolar AS. Pelemahan ini terjadi sejalan dengan mayoritas nilai tukar Asia terhadap dolar AS, menjelang dirilisnya notulensi FOMC meeting.

14:18 WIB
Pk. 14.13 WIB: Rupiah Melemah 74 Poin ke Rp13.895/US$

Rupiah masih melemah 74 poin atau 0,54% ke Rp13.895/US$

13:19 WIB
Pk. 13:12 WIB: Spot Kembali Melemah, Pengamat Ekonomi Nilai Rupiah Masih Rentan

Rupiah melemah 48 poin atau 0,35% ke Rp13.869/US$

Pengamat Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado Provinsi Sulawesi Utara Agus Tony Poputra menyatakan posisi rupiah masih rentan, setelah kemarin menguat signifikan.

"Ini disebabkan penguatan tersebut berasal dari faktor-faktor yang 'berefek sementara' terhadap penguatan rupiah," kata Agus seperti dikutip Antaradi Manado, Kamis.

Dia mengatakan faktor pertama, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat belum sesuai dengan harapan. Jika ekonomi AS kemudian tumbuh sesuai harapan, akan menekan rupiah.

Faktor kedua, katanya, sentimen positif pasar terhadap paket kebijakan ekonomi. Namun, katanya, bila pemerintah terlalu jor-joran dalam merilis paket kebijakan ekonomi untuk mengendalikan rupiah, maka ke depan Indonesia akan kehabisan peluru bila menghadapi situasi serupa dan dapat memberikan efek terbalik jika paket tersebut tidak jalan.

Selain itu, katanya, apabila paket-paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan lebih banyak dimanfaatkan oleh asing maka dalam jangka panjang perekonomian, Indonesia semakin 'terjajah' hingga semakin mereduksi kemandirian ekonomi bangsa.

Faktor ketiga, intervensi Bank Indonesia di pasar spot valas. Intervensi ini cenderung merupakan tindakan reaktif, bukannya preventif.

"Ini membuat Bank Indonesia terpaksa mengeluarkan cadangan devisa ekstra untuk menahan laju pelemahan rupiah bila pasar valas bergejolak. Akibatnya cadangan devisa Bank Indonesia dapat tergerus lebih jauh," jelasnya.

Pada dasarnya pengendalian rupiah yang efektif adalah kebijakan preventif, baik pada sisi penawaran dan permintaan di pasar valas.

Saat ini, Indonesia mengalami penurunan penawaran valas terutama dolar ASsebagai akibat penurunan ekspor dan semakin banyak dana hasil ekspor yang ditahan di luar negeri.

Di sisi permintaan, tekanan pembelian dolar AS masih besar, baik untuk transaksi impor, pembayaran utang luar negeri, maupun spekulasi.

Kebijakan Kementerian Keuangan untuk memberikan diskon Pajak Penghasilan atas Deposito hasil ekspor dapat dikatakan sebagai tindakan preventif di sisi penawaran. Lewat kebijakan ini diharapkan semakin banyak hasil ekspor yang balik ke Indonesia untuk menambah penawaran valas.

Namun demikian, katanya, efektivitas kebijakan ini perlu dievaluasi dalam satu hingga tiga bulan ke depan dimana apakah terjadi peningkatan signifikan deposito dari hasil ekspor pada perbankan nasional.

Di sisi permintaan, BI telah melakukan kebijakan untuk menekan permintaan dolar AS lewat kebijakan transaksi dalam rupiah serta menurunkan batas maksimum pembelian dolar. Namun dua kebijakan tersebut ternyata belum efektif setelah beberapa waktu ditetapkan. Penyebab utamanya adalah pengawasan dan pemberian sanksi bagi pelanggar yang belum optimal serta baru menyentuh transaksi-transaksi kecil.

Untuk mendapat hasil yang lebih besar dalam menekan permintaan dolar adalah mencegah BUMN membeli dolar di pasar valas untuk membayar utang dan transaksi impor. Di sini Bank Indonesia perlu menerima hedging atas utang dan transaksi impor BUMN dengan kurs lebih rendah dari kurs pasar.

Misalnya untuk forward pembelian dolar satu bulan diberikan kurs Rp13.800 per dolar. Kebijakan ini dapat juga menjadi sinyal bagi pasar bahwa target kurs Bank Indonesia untuk satu bulan ke depan sebesar angka tersebut, sehingga mendorong para spekulan menjual dolar AS mereka.

"Untuk mencegah penyalahgunaan kebijakan hedging tersebut oleh BUMN untuk tujuan spekulasi, maka hedging tersebut perlu didukung dengan bukti-bukti utang yang akan jatuh tempo maupun transaksi impor yang akan dilakukan," jelasnya.

Selain itu, kebijakan ini perlu memasukan sanksi bagi BUMN yang membeli dolar AS di pasar valas untuk maksud yang sama. Dengan kebijakan ini maka potensi penguatan rupiah terhadap dolar AS makin besar.

12:49 WIB
Pk. 12.29 WIB: Sentimen FOMC Menekan, Rupiah Pimpin Pelemahan Mata Uang Asean

Menjelang dirilisnya catatan FOMC 16-17 September, mata uang di Asia Tenggara mayoritas melemah atas dolar Amerika Serikat. Hanya peso Filipina yang menguat 0,19%.

Lainnya melemah, yaitu dolar Singapura (-0,08%), ringgit Malaysia (-0,12%), baht Thailand (-0,18%), dan rupiah melemah 44 poin atau 0,32% KE rP13.865/us$

 

12:07 WIB
Pukul 12.03 WIB: Rupiah Melemah 45 Poin ke Rp13.866/US$

Rupiah mulai konsisten bergerak di bawah level penutupan kemarin di akhir sesi I, diperdagangkan terdepresiasi 0,33% atau 45 poin ke Rp13.866 per dolar AS

11:41 WIB
Pukul 11.39 WIB: Rupiah Berfluktuasi di Kisaran Rp13.714/US$-Rp13.930/US$

Nilai tukar rupiah melemah 67 poin atau 0,48% ke level Rp13.888/US$. Sepanjang hari ini rupiah berfluktuasi di kisaran Rp13.714/US$-Rp13.930/US$.

09:04 WIB
Pukul 08.55 WIB: Rupiah Kembali Melemah 3 Poin ke Rp13.824/US$

Rupiah melemah tipis 3 poin atau 0,02% ke Rp13.824 per dolar AS setelah perdagangan di bursa saham dibuka.

08:52 WIB
Sentimen Penggerak Rupiah/US$ Hari Ini

Samuel Sekuritas Indonesia mengemukakan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Kamis (8/10/2015) dibayang isi FOMC meeting yang dirilis besok.

“Paket kebijakan ekonomi 3 yang datang sore kemarin berpeluang menambah sentimen positif untuk rupiah, walaupun sentimen negatif dipastikan datang dari penurunan drastis cadangan devisa serta rilis FOMC meeting dini hari esok,” kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Kamis (8/10/2015).

Sementara itu dolar melemah merata di pasar Asia dipimpin oleh penguatan ringgit terhadap dolar hingga Rabu sore. Pesimisme terhadap pemulihan ekonomi AS semakin terasa sehingga memunculkan spekulasi penundaan kenaikan Fed Funds Rate hingga tahun depan.

Akan tetapi menjelang rilis notulensi FOMC meeting dini hari esok, ujarnya, indeks dolar menguat tipis hingga pagi ini.

Rupiah kembali menguat tajam hingga Rabu sore sehingga total penguatan 3 hari terakhir sudah mencapai 5,6%, jauh lebih tajam dibanding penguatan mata uang lain di Asia terhadap dolar.

Dukungan faktor internal terhadap pelemahan dolar di pasar global masih menjadi alasan utama.

Aliran dana asing yang masuk ke IHSG mencapai US$97 juta dalam tiga hari terakhir, dan mampu dorong kenaikan 6,6%.

08:45 WIB
Pk. 08:38 WIB: Rupiah Menguat 10 Poin ke Rp13.811/US$

Rupiah menguat 10 poin atau 0,07% ke Rp13.811/US$

08:28 WIB
Pk. 08:20 WIB: Rupiah Berbalik Menguat 90 Poin ke Rp13.731/US$

Rupiah berbalik menguat 90 poin atau 0,65% ke Rp13.731/US$

08:05 WIB
Pk. 08:00 WIB: Rupiah Dibuka Melemah 29 Poin ke Rp13.850/US$

Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Kamis (8/10/2015) rupiah melemah 29 poin atau 0,21% ke Rp13.850/US$.

 

07:34 WIB
Rabu, Indeks Dolar AS Dibuka Menguat 0,1% ke 95,595

Indeks dolar AS seperti dikutip dari Bloomberg, pada perdagangan hari ini, Kamis (8/10/2015) dibuka menguat 0,10% ke 95,595.  Pada Rabu, indeks dolar ditutup menguat 0,04% ke 95,497.

 

07:33 WIB
Berikut Prediksi Kurs Tengah BI

NH Korindo Securities Indonesia memperkirakan kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Kamis (8/10/2015) bergerak di kisaran Rp13.950—Rp14.124.

06:55 WIB
Rabu, Indeks Dolar AS Ditutup Menguat 0,04% ke 95,497

Rabu, indeks dolar AS ditutup menguat 0,04% ke 95,497

06:44 WIB
Rabu, Rupiah Menguat 420 Poin ke Rp13.821/US$

Bloomberg Dollar Index mengemukakan pada Rabu (7/10/2015) rupiah ditutup menguat  420 poin atau 2,95% ke Rp13.821 per dolar AS.

Rupiah memimpin penguatan mata uang di Asia Tenggara, di saat dolar AS melemah. Di samping itu mata uang garuda juga merespons paket kebijakan ekonomi jilid III.

Bagaimana pergerakan rupiah hari ini, Kamis (8/10/2015)? Ikuti lajunya secara live mulai pembukaan hingga penutupan.


Editor : News Editor
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper