Bisnis.com, JAKARTA— Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Selasa (15/9/2015) rupiah melemah 19 poin atau 0,13% ke Rp14.352/US$.
Selanjutnya, rupiah semakin terpuruk menjelang pertemuan The Fed akhir pekan ini. Mata uang rupiah ditutup terdepresiasi 0,52% atau 75 poin ke level Rp14.408/US$ dan menjadi penutupan terendah sejak 1998 silam. Sepanjang hari ini, kurs rupiah sempat menembus level terlemah Rp14.414/US$ dan terkuat Rp14.331/US$.
Bagaimana pergerakan rupiah pada esok hari? Ikuti lajunya secara live hingga penutupan.
Nilai tukar rupiah semakin terpuruk menjelang pertemuan The Fed akhir pekan ini. Mata uang rupiah terdepresiasi 0,52% atau 75 poin ke level Rp14.408/US$ dan menjadi penutupan terendah sejak 1998 silam. Sepanjang hari ini, kurs rupiah sempat menembus level terlemah Rp14.414/US$ dan terkuat Rp14.331/US$.
Tekanan volatilitas pasar menuju rapat The Fed membuat rupiah sempat menembus Rp14.400 per dolar AS di pasar spot.
Rupiah diperdagangkan melemah 0,44% atau merosot 63 poin ke Rp14.396 per dolar AS pada pukul 13:34 WIB, dengan level terlemah di Rp14.409 yang dicapai pada pukul 13.19 WIB.
Mata uang di Asia Tenggara mayoritas menguat.
Mata uang yang menguat adalah dolar Singapura (+0,36%), peso Filipina (+0,06%), baht Thailand (+0,12%).
Mata uang yang melemah adalah ringgit Malaysia (-0,12%), dan rupiah melemah 0,35% ke Rp14.383/US$.
Rupiah terus tertekan hingga akhir sesi I perdagangan bursa saham, terdepresiasi 52 poin atau turun 0,36% ke Rp14.385 per dolar AS.
"Lihat tekanan dari eksrternal cukup kuat, yaitu Fed. (Apalagi) data ini tidak sesuai ekspektasi. Tidak terlalu berimbas pada pasar. Tidak signifikan perubahannya. Rupiah fokus Fed. Namun (mata uang lainnya di Asean) menguat, seperti tringgit, baht thailand, dolar Singapura. Kemungkinan karena tidak ada fundamental ekonomi bagus yang menunjukkan perbaikan signifikan. sehingga pasar lebih kemakan isu dari luar. Tendensinya lebih mengikut isu dari luar. Hal ini menyebabkan surplus tak sigifikan," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra saat dihubungi hari ini, Selasa (15/9/2015).
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) merosot 49 poin pada Selasa (15/9/2015) menjelang rilis data neraca perdagangan Indonesia.
Data yang diterbitkan BI menempatkan Jisdor di Rp14.371 per dolar AS, terdepresiasi 49 poin atau melemah 0,34% dari kurs kemarin.
Mata uang di Asia Tenggara bergerak bervariasi.
Mata uang yang menguat dolar Singapura (+0,28%), ringgit Malaysia (+0,04%).
Peso Filipina stagnan.
Mata uang yang melemah adalah baht Thailand (-0,05%), dan rupiah melemah 0,23% ke Rp14.365/US$
Samuel Sekuritas Indonesia memprediksi nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (15/9/2015) menunggu rilis data neraca perdagangan.
“Pertumbuhan impor dan ekspor siang ini (pk.11:00 WIB) perlu ditunggu. Surplus neraca perdagangan diperkirakan menipis dengan perlambatan impor yang berkurang,“ kata Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta dalam risetnya yang diterima hari ini, Selasa (15/9/2015).
Dikemukakan data perdagangan yang mengindikasikan pertumbuhan ekonomi, berpeluang memperkuat rupiah.
Rangga mengatakan walaupun tekanan penguatan dolar mereda di Asia, rupiah tetap tidak mampu untuk menguat. Rupiah melemah tipis bersamaan dengan kenaikan yield SUN.
“Pesimisme terhadap prospek pertumbuhan ekonomi sepertinya masih belum bisa terobati peluncuran paket kebijakan,” kata Rangga.
Angka penjualan mobil dan motor yang membaik signifikan di Agustus, tambah dia, seharusnya dapat memperbaiki prospek pertumbuhan.
Sementara itu indeks dolar mulai bergerak naik menjelang dimulainya FOMC meeting.
Di saat yang bersamaan harga minyak Brent secara konsisten masih turun, bersamaan dengan harga komoditas lainnya.
“Peluang dinaikkannya Fed Rate pada FOMC meeting September semakin mengecil walaupun tidak sepenuhnya hilang. Pagi ini ditunggu pengumuman kebijakan moneter oleh Bank of Japan yang diperkirakan mempertahankan kebijakan QE-nya,” kata Rangga.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan saat dibuka hari ini, Selasa (15/9/2015) rupiah melemah 19 poin atau 0,13% ke Rp14.352/US$.
Pada pk. 08:01 WIB pelemahan menipis menjadi turun 1 poin atau 0,01% ke Rp14.334/US$.
Selasa, indeks dolar AS dibuka naik 0,07% ke 95,311
Senin, indeks dolar AS ditutup menguat 0,05% ke 95,246
NH Korindo Securities Indonesia (NHKSI) memperkirakan kurs tengah Bank Indonesia nilai tukar rupiah atas dolar Amerika Serikat pada perdagangan hari ini, Selasa (15/9/2015) bergerak pada rentang Rp14.315-Rp14.330.
Kepala Riset NHKSI Reza Priyambada mengatakan meski tercatat di pasar valas global laju dolar AS cenderung menurun, namun masih dapat lebih terbatas.
“Adanya penilaian akan cenderung melemahnya laju harga minyak mentah global menjadi pukulan telak bagi pergerakan harga komoditas global, yang cenderung mengalami pelemahan,” kata Reza dalam risetnya.
Akibatnya, ujar dia, laju dolar AS pun dapat kembali bertahan. Tidak melemah lebih dalam. Imbasnya tentu pada laju rupiah yang kembali mengalami pelemahan.
Siklus pelemahan jelang rapat bank sentral pun kembali terjadi setelah menguat, laju rupiah kembali turun.
Reza mengatakan dengan pergerakan rupiah yang kembali melemah, akan memunculkan spekulasi akan berlanjutnya pelemahan nilai tukar rupiah.
“Belum adanya kejelasan akan hasil rapat The Fed memberikan imbas volatilitas yang cukup tinggi. Tetap cermati sentimen yang akan dirilis dimana dapat berimbas negatif pada laju rupiah,” kata Reza.
Laju rupiah di bawah target resisten 14.315.
Bloomberg Dollar Index mengemukakan pada Senin (14/9/2015) rupiah ditutup melemah 11 poin atau 0,08% ke Rp14.333 per dolar AS.