Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Mulai Stabil, Tapi Ada Indikasi Hanya Sementara

Aksi jual investor asing mulai mereda dan indeks harga saham gabungan sudah mulai menghijau beberapa hari belakangan. Meski demikian, ada indikasi penguatan hanya terjadi jangka pendek saja.
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat dari kaca mata karyawan saat di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (18/8). /Bisnis Abdullah Azzam
Papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat dari kaca mata karyawan saat di Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Selasa (18/8). /Bisnis Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA— Aksi jual investor asing mulai mereda dan indeks harga saham gabungan sudah mulai menghijau beberapa hari belakangan. Meski demikian, ada indikasi penguatan hanya terjadi jangka pendek saja.

Pada perdagangan Senin (31/8/2015), investor asing membukukan beli bersih Rp313,1 miliar sehingga mengikis total jual bersih sepanjang tahun berjalan menjadi Rp5,94 triliun. Investor asing mencetak nilai transaksi terbesar, yakni 52% dari total nilai transaksi Rp6,4 triliun. Indeks harga saham gabungan (IHSG) turut menguat 1,42% ke 4.509,6.

IHSG naik terkuat di Asia Tenggara, sekaligus menghijau di antara memerahnya SSE Composite China, Nikkei 225, S&P Sensex India, dan DJIA AS. Di saat sentimen positif minim dan rupiah melemah, justru IHSG naik cukup kuat.

Reza Priyambada, Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, mengatakan menghijaunya IHSG serta aksi beli yang dilakukan investor asing beberapa hari terakhir mengindikasikan pergerakan IHSG yang mulai stabil. Menurutnya, pasar menilai harga saham saat ini sudah terlalu murah sehingga investor melakukan aksi belinya.

Ditambah, sentimen negatif dari global yang sudah mereda. Mulai dari imbas devaluasi yuan hingga ketidakpastian kenaikan fed fund rate. Dia menilai, sejumlah pihak sudah mengantisipasi kenaikan suku bunga bank sentral AS tersebut. Bahkan, tambahnya, sejumlah bank sentral negara lainn juga sudah mengisyaratkan bahwa mereka sudah siap bila the Fed menaikkan suku bunga.

“Iya sudah mereda, aksi beli sudah kembali masuk. Namun, stabilnya pasarnya saat ini saya prediksi hanya sementara atau jangka pendek saja. Untuk jangka menengah tetap harus mewaspadai sejumlah sentimen yang ada, baik dalam negeri maupun global,” kata Reza saat dihubungi Bisnis.com, Senin (31/8/2015).

Menurutnya, koreksi masih bisa terjadi lantaran masih adanya utang gap IHSG di level 4.237-4.433. “Nah itu bisa membuat IHSG terkoreksi. Kemudian, segala sentimen yang saat ini sudah dirasa positif juga bisa berbalik arah kalau ternyata hasilnya tidak sesuai ekspetasi.”

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan pergerakan IHSG masih akan dipengaruhi oleh sejumlah data dari China dan AS. Sejumlah data yang kelur dari China dinilai berpeluang tidak bagus. Sementara itu, data dari AS juga bakal keluar pekan ini, seperti trade balance, unemployment claims, FOMC member lacker speaks, not farm employment change, dan unemployment rate.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper