Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Kembali Bangkit ke US$43/Barel, Ini Faktor Pendukungnya

Harga minyak dunia bangkit dari level terendah enam tahun terakhir setelah menguat sekitar 10% sampai penutupan perdagangan kemarin.
/Ilustrasi
/Ilustrasi

Bisnis.com. JAKARTA - Harga minyak dunia bangkit dari level terendah enam tahun terakhir setelah menguat sekitar 10% sampai penutupan perdagangan kemarin.

Kombinasi data ekonomi global yang positif, pelonggaran moneter China dan meredanya gejolak bursa global menjadi penyokong harga minyak.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 9.17 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,86% menjadi US$43,35 per barel, sedangkan harga minyak Brent naik 0,93% menjadi US$48 per barel.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan kemarin, harga minyak WTI melonjak 10,52% menjadi US$42,69 dari posisi sebelumnya US$38,6, sedangkan harga minyak Brent naik 9,32% menjadi US$47,56 dari posisi sebelumnya US$43.

Analis  PT Fortis Asia Futures, Deddy Yusuf Siregar mengatakan data ekonomi global yang positif seperti di Jepang mendorong penguatan harga minyak. Gejolak bursa saham global yang mereda juga mendukung pergerakan harga. Dua sentimen itu semakin memperkuat katalis positif untuk harga minyak pasca China menurunkan suku bunga pada pekan ini.

"Namun, sejauh ini harga minyak masih punya kecenderungan pelemahan. Data manufaktur China tampaknya masih menjadi perhatian utama pasar dan secara fundamental kondisi minyak memang masih kurang bagus karena surplus pasokan masih tinggi," ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (28/8).

Deddy menjelaskan pagi ini data positif dari Jepang semakin menyokong penguatan harga minyak. Data pengangguran Negeri Samurai itu turun menjadi 3,3% dan data ritel juga menguat.

Selain itu, penguatan harga minyak pada perdagangan kemarin terjadi setelah Departemen Perdagangan Amerika Serikat (AS) melaporkan ekonomi Negeri Paman Sam tumbuh 3,7% pada kuartal kedua atau lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi sebelumnya sebesar 2,3%.

Analis Fat Prophets, David Lennox mengatakan setiap reli kenaikan yang tinggi dan ekstrim kemungkinnya hanya untuk jangka pendek.

"Volatilitas pasar minyak masih akan berlanjut," ujarnya kepada Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Yusran Yunus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper