Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GEJOLAK PASAR MODAL: Konglomerat & BUMN Siap Buyback

Melorotnya Indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga 15,23% sejak awal tahun membuat emiten milik konglomerat Indonesia serta BUMN ancang-ancang buyback
BEI
BEI

Bisnis.com, JAKARTA— Melorotnya Indeks harga saham gabungan (IHSG) hingga 15,23% sejak awal tahun membuat emiten milik konglomerat Indonesia serta BUMN ancang-ancang buyback.

Berdasarkan catatan Bisnis, setidaknya empat taipan Tanah Air telah menyiapkan dana hingga Rp8,2 triliun untuk membeli kembali saham perusahaannya.

Pemilik Grup MNC Hary Tanoe soedibjo bahkan telah mendapatkan restu dari rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk aksi buyback empat saham perusahaannya. Dia menyiapkan dana untuk buyback hingga Rp7,46 triliun. “Begitu kinerja bagus, saham turun, langsung dirapatkan. Ini waktu bagus untuk buyback,” ung kap pengusaha kaya termuda versi majalah Forbes tersebut.

Menyusul terus melorotnya IHSG, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memunculkan harapan baru bagi pasar modal dengan mengeluarkan stimulus berupa buyback saham tanpa melalui RUPS.

Beleid itu kemudian direspons oleh sejumlah emiten. Tak terkecuali PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC) milik konglomerat Arifin Panigoro.

Manajemen Medco Energi menyiapkan duit US$50 juta setara dengan Rp700 miliar untuk buyback saham. Direktur Utama MEDC Lukman A. Mahfud mengatakan pihaknya memanfaatkan surat edaran (SE) yang dikeluarkan oleh OJK.

Perseroan akan membeli kembali saham maksimum 10% pada 26 Agustus -25 November 2015, setelah harga saham perseroan melorot lebih dari 60% sejak awal tahun. Perseroan tercatat memiliki kas internal sebesar US$218,35 juta per Juni 2015.

Setali tiga uang, perusahaan milik taipan Edwin Soeryadjaya PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk. (MPMX) akan melakukan buy back maksimum Rp50 miliar. Buy back akan dilakukan mulai 24 Agustus hingga 23 November 2015.

Emiten berkode saham MPMX tersebut menyediakan dana buyback maksimum Rp50 miliar dengan harga setinggi-tingginya Rp1.000 per lembar. Jumlah saham yang akan dibeli bakal bergantung pada harga saham di pasar bursa.

Sementara itu, PT Tunas Baru Lampung Tbk., yang masuk dalam grup Sungai Budi milik Widarto Oey, juga akan melakukan aksi buyback dengan jumlah maksimal Rp120 miliar.

Seperti disebutkan dalam keterangan resmi, perseroan akan membeli kembali saham sebanyak-banyaknyasebesar 200 juta lembar atau setara dengan 3,74% dari modal disetor.

“Biaya buyback akan berasal dari saldo laba perseroan. Hingga Juni 2015, saldo laba perseroan yang belum ditetapkan penggunaannya tercatat sebesar Rp1,33 triliun,” ujar Wakil Presiden Di rektur TBLA Suramo Tasmin, Ka mis (27/8/2015).

BUYBACK BUMN

Secara terpisah, pemerintah melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno memastikan emiten pelat merah bakal menggelar aksi buyback. Sebanyak 13 emiten telah siap menggelar aksi korporasi itu dengan total dana mencapai Rp10 triliun.

Harga saham dan kapitalisasi enam emiten BUMN telah anjlok lebih dari 50% sejak awal tahun. Keenam emiten itu adalah INAF (57,82%), KAEF (55,30%), TINS (54,48%), PTBA (54,20%), PGAS (51,67%), dan ANTM (50,71%).

Budi Satria, Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan PT Bank Rak yat Indonesia (Persero) Tbk., mengatakan perseroan tengah melakukan kajian awal secara internal untuk buyback saham.

“Saat ini BRI masih dalam tahap awal kajian internal untuk menentukan kelayakan dari rencana tersebut,” ungkapnya dalam keterbukaan informasi di PT Bursa Efek Indonesia.

Dia memastikan, dalam melakukan aksi korporasi, emiten berkode saham BBRI tersebut akan melalui seluruh tahap pelak sanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Lanjar Nafi, analis teknikal PT Reliance Securities, mengatakan rencana buyback emiten BUMN mendapatkan rekasi dari positif dari investor domestik.

Menurutnya, IHSG dibuka sangat antusias menyambut kebijakan pemerintah mengenai tax holiday yang diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan sektor industri. IHSG pun ditutup menguat cukup tinggi 192,9 poin sebesar 4,55% di level 4.430,63 dengan volume yang cukup tinggi.

“Sektor keuangan mencatatkan penguatan cukup tinggi setelah beberapa emiten BUMN kembali melakukan aksi buyback. Investor asing tercatat net buy pertama bulan ini sebesar Rp218,59 miliar,” tuturnya.

Sementara itu, IHSG diperkirakan masuk ke zona rebound jika investor terus melakukan transaksi beli dalam jumlah besar akibat harga saham yang sudah murah.

Kemarin, IHSG melonjak 4,55% ke 4.430,63. Perdagangan cukup ramai. Terbukti nilai transaksi mencapai Rp7,51 triliun, lebih tinggi dari rerata nilai transaksi harian saham sebesar Rp5,97 triliun. Seluruh sektor menguat, dipimpin sektor keuangan yang naik 5,79%.

Investor asing mencatatkan nilai beli bersih Rp218,6 miliar sehingga menyurutkan total jual bersih sepanjang tahun berjalan ini menjadi Rp6,12 triliun. IHSG naik tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Di regional AsiaPasifik, penaikan IHSG menyusul penaikan indeks SSE Composite China sebesar 5,34%.

Satrio Utomo, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, mengatakan penaikan IHSG kemarin akibat technical re bound akibat aksi beli investor yang memburu saham murah harganya. Dia mensinyalir dana investasi dari BPJS tengah masuk ke pasar saham sehingga IHSG mampu naik kuat. Ditambah lagi, dari kawasan regional, Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 3,95% ke 16.285,51.

“Investor asing sudah masuk lagi, DJIA juga sudah pulih. Tapi, kita belum tahu apakah DJIA sudah bottom. Jadi, IHSG masih ada peluang turun,” kata Satrio.

William Surya Wijaya, Analis PT Asjaya Indosurya Securities, mengatakan penguatan IHSG bakal berlanjut dengan tujuan posisi resisten 4.529. Menurutnya, level ini perlu ditembus untuk memperkokoh pola penaikan IHSG. Adapun, level support saat ini berada di 4.212

“Kondisi penaikan masih akan diwarnai tekanan terbatas pascaterjadinya penaikan signifkan. Namun, potensi penaikan terlihat semakin besar dan akan semakin kuat ditunjukkan dengan mulainya capital inflow,” kata William.

Jika IHSG dapat menembus level resisten serta mampu bertahan di atas level tersebut, maka IHSG dapat dikategorikan sedang memulai langkah uptrend jangka pendek.

Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, menuturkan saat ini transaksi saham dikuasai investor domestik, sekitar 65%-70%, sisanya investor asing. Kala investor asing jual saham , investor domestik membeli saham tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Sumber : Bisnis Indonesia (28/8/2015)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper