Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Banyak Faktor Negatif, Emiten Properti Berpeluang Pangkas Target Marketing Sales

Keyakinan emiten properti untuk mempertahankan target pendapatan prapenjualan (marketing sales) pada tahun ini diragukan, karena banyaknya faktor negatif yang akan memengaruhi penjualan.
Pembangunan rumah baru di salah satu perumahan di Depok, Jawa Barat, Sabtu (26/7). /Nurul Hidayat-Bisnis.com
Pembangunan rumah baru di salah satu perumahan di Depok, Jawa Barat, Sabtu (26/7). /Nurul Hidayat-Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Keyakinan emiten properti untuk mempertahankan target pendapatan prapenjualan (marketing sales) pada tahun ini diragukan karena banyaknya faktor negatif yang akan memengaruhi penjualan.

Dalam perkembangan yang ada, baru PT Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) yang merevisi target marketing sales tahun ini, yakni turun 22% dari rencana awal.

Sementara PT Summarecon Agung Tbk. (SMRA), PT Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE), PT Ciputra Development Tbk. (CTRA), PT Modernlan Realty Tbk. (MDLN), PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK), dan PT Intiland Development Tbk. (DILD) optimistis target tahun ini masih bisa dicapai.

Analis PT Samuel Securities Indonesia Akhmad Nurcahyadi memperkirakan pada kuartal III ini akan semakin banyak emiten properti yang mengikuti langkah ASRI untuk merevisi target. Perseroan akan mengakui kalau kondisi pasar masih sulit hingga akhir tahun, dan peluncuran ditunda hingga tahun depan.

“Pelemahan permintaan masih bisa terjadi. Saat ini semua orang dalam kondisi tidak pasti. Kelonggaran kebijakan loan to value (LTV) saya rasa tidak terlalu berpengaruh. Saya heran kenapa ada peluncuran proyek baru saat kondisi tidak baik seperti ini,” ujarnya.

Dari riset properti yang telah keluar dalam beberapa waktu belakangan, sambungnya, menunjukkan kalau perlambatan sudah terjadi di segala sisi, mulai dari pasar apartemen, perkantoran, ritel, juga lahan industri. Satu-satunya pasar properti yang memperlihatkan kondisi cukup baik adalah perumahan tapak.

Walaupun begitu, Akhmad menyangsingkan tingkat permintaan pada semester II akan lebih baik dibandingkan semester sebelumnya. Selain karena faktor perekonomian dan kondisi nilai tukar mata uang, pasar juga masih khawatir dan menempatkan posisi wait and see.

“Saat ini sangat tergantung dengan produk yang ditawarkan, dan properti sangat berkaitan dengan yang namanya lokasi. Lalu, sejauh mana pengembang mampu memberikan penawaran yang menarik seperti promosi lewat subsidi bunga, dll. Tapi saya rasa ini belum banyak berpengaruh,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fatia Qanitat
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper