Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dikepung Sentimen Negatif, Harga CPO Kian Tertekan

Harga crude palm oil terus melemah setelah ekspor bulan ini berpotensi anjlok dibandingikan bulan lalu. Kejatuhan harga komoditas pesaing turut menekan harga sawit dan tertekannya ringgit ke level terendah sejak 1998 tidak mampu menahan pelemahan harga komoditas itu.
Pabrik pengolahan kelapa sawit/Ilustrasi-Bisnis
Pabrik pengolahan kelapa sawit/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Harga crude palm oil terus melemah setelah ekspor pada bulan ini berpotensi anjlok dibandingikan bulan lalu.

Kejatuhan harga komoditas pesaing turut menekan harga sawit dan tertekannya ringgit ke level terendah 1998 tidak mampu menahan pelemahan harga komoditas itu.

Pada perdagangan hari ini Selasa (28/7/2015) sampai pukul 14:40 WIB, harga crude palm oil (CPO) turun 0,84% menjadi 2.125 ringgit per metrik ton.

Sepanjang pekan ini harga CPO di Malaysia sudah anjlok sebesar 2,12%, sedangkan harga CPO di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) turun 1,22% menjadi Rp7.725 per kg.

Sepanjang bulan ini sampai perdagangan kemarin, nilai tukar ringgit sudah anjlok 1,87% menjadi 3,81 ringgit per dolar AS.

Benny Lee, analis Jupiter Securities, mengatakan harga CPO masih tertekan oleh kejatuhan harga minyak dan kedelai. "Sentimen pasar ke harga sawit masih lemah," ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Selasa (28/7/2015).

Dedy Yusuf Siregar, analis PT Asia Fortis Indonesia, mengatakan pasca Ramadan silam, harga CPO berpotensi terus tertekan. Penurunan ekspor dibandingkan dengan momentum banjir permintaan saat Ramadhan serta penurunan harga kedelai dan minyak menjadi faktor kejatuhan harga sawit.

“Bila harga CPO belum jatuh di bawah 2.100 ringgit, maka harga komoditas sawit itu masih berpotensi bergerak di kisaran 2.100 ringgit sampai 2.400 ringgit,” ujarnya kepada Bisnis.com.

Kemarin, data Intertek menunjukkan ekspor CPO Malaysia dari 1-25 Juli 2015 turun 18% menjadi 1,15 juta metrik ton dibandingkan dengan periode yang sama pada bulan lalu.

Sementara itu, Phillip Futures Sdn. Bhd., dalam risetnya menyebutkan kondisi fundamental sawit berpotensi terus memburuk setelah terjadi penurunan ekspor. Hal itu menandakan permintaan yang lemah dan pasar tengah mengantisipasi potensi kenaikan produksi pada bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper