Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA EMAS Cenderung Stagnan, Pelaku Pasar Tunggu Momentum

Harga emas diprediksi bergerak stagnan di kisaran level saat ini sampai pertemuan Federal Reserve pada September. Pasar disebut tengah wait and see menunggu kepastian kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat tersebut.
Emas/JIBI-Dwi Prasetya
Emas/JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas diprediksi bergerak stagnan di kisaran level saat ini sampai pertemuan Federal Reserve pada September. Pasar disebut tengah wait and see menunggu kepastian kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat tersebut.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 10:46 WIB, harga emas Gold Spot terkoreksi 0,14% menjadi US$1.097 per troy ounce atau Rp474.355 per gram, sedangkan harga emas Antam masih bergerak stagnan di Rp547.000 per gram sejak perdagangan setelah libur lebaran silam.

Dominic Schnider, Kepala Komoditas dan Valuta Asing Asia Pasifik UBS Group AG, mengatakan pasar menunggu kenaikan suku bunga Federal Reserve (the Fed). Kenaikan suku bunga pada September nanti mungkin bisa membuat harga emas semakin terpuruk.

"Spekulasi pasar terus mengarah kenaikan suku bunga the Fed siap terjadi pada paruh kedua tahun ini," ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Senin (27/7/2015).

Namun, Suluh Wicaksono, analis PT Millenium Penata Futures, mengatakan pelaku pasar masih menunggu  momentum. Mereka menunggu sinyal Janet Yellen, Gubernur the Fed untuk menaikkan suku bunga pada September. Bila suku bunga benar-benar naik, maka harga emas akan makin jatuh dan saat itu akan menjadi momentum pembelian emas.

"Namun, sinyal kenaikan suku bunga perlu diperhatikan lebih lanjut. Pasalnya dolar AS yang terlalu tinggi bisa jadi penghambat kenaikan suku bung. Lalu, biasanya, bila pada September the Fed tidak menaikkan suku bunga, maka kemungkinan besar suku bunga dinaikkan pada tahun depan," ujarnya kepada Bisnis.com.

Jumlah emas yang dikelola SPDR Gold in Trust pun sudah menurun 2,01% menjadi 680,15 ton dibandingkan dengan awal pekan lalu yang sebesar 694,46 ton. Hal itu menandakan para  investor terus berbondong-bondong meninggalkan emas sebagai alat investasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper