Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan IHSG Diprediksi Masih Terjadi Hingga Akhir Tahun, Ini Penyebabnya

PT Mandiri Sekuritas memprediksi kinerja pasar modal hingga akhir tahun ini akan bergerak side way atau bahkan minus jika dibandingkan dengan penutupan tahun lalu yang ada di level 5.226,95.
Ilustrasi pergerakan harga saham/JIBI-Nurul Hidayat
Ilustrasi pergerakan harga saham/JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Mandiri Sekuritas memprediksi kinerja pasar modal hingga akhir tahun ini akan bergerak side way atau bahkan minus jika dibandingkan dengan penutupan tahun lalu yang ada di level 5.226,95.

Head of Equity PT Mandiri Sekuritas, John Rahmat mengatakan kinerja pasar modal nasional akan tertekan dengan sentimen dari kinerja pertumbuhan ekonomi yang kemungkinan besar tidak akan mencapai target pemerintah.

"Jika dibandingkan pada tahun lalu akan minus. Mungkin sekarang side way terus turun," ujarnya di Jakarta, Kamis (28/5/2015).

Untuk saat ini, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih mendatar.

"Geraknya akan berubah menimbang sentimen mana yang lebih cepat menghantam indeks saham," kata John.

Dia menambahkan sejumlah sentimen yang mewarnai kinerja IHSG sampai akhir tahun nanti yakni proyeksi perekonomian dalam negeri yang diperkirakan tidak terlalu baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71% secara tahunan, atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21%.

Selain itu, laba yang dibukukan oleh emiten yang tidak sesuai dengan ekspektasi pasar juga bakal menjadi sentimen penekan Indeka Harga Saham Gabungan (IHSG).

"Penampilan laba perusahaan tidak mendukung valuasi yang setinggi sekarang," ucapnya.

Kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Fed juga berdampak pada kinerja bursa Indonesia. Kendati John beranggapan kenaikan suku bunga The Fed tidak akan terjadi pada tahun ini.

"Inflasi Amerika Serikat (AS) tidak terlalu tinggi, lalu pertumbuhan ekonomi di kuartal I hanya 0,2%. Faktor global meski Fed Fund Rate tidak akan naik sampai tahun depan, akan ada gelombang ketakutan lagi dan berdampak besar pada rupiah," tutur John.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper