Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA MINYAK Berpotensi Sentuh US$100 Pada 2019

Harga minyak dunia diprediksi akan kembali ke kisaran US$100 pada 2019 nanti. Pasalnya, turunnya belanja modal beberapa perusahaan tambang minyak bisa mempengaruhi pasokan global dan harga minyak.
Harga minyak diprediksi tembus US$100/ilustrasi
Harga minyak diprediksi tembus US$100/ilustrasi

Bisnis.com, LONDON – Harga minyak dunia diprediksi akan kembali ke kisaran US$100 pada 2019 nanti. Pasalnya, turunnya belanja modal beberapa perusahaan tambang minyak bisa mempengaruhi pasokan global dan harga minyak.

JBC Energy GmbH memproyeksikan harga minyak kembali ke level US$100 pada 2019 nanti.  Alasannya, setiap tahun perseroan membutuhkan pasokan minyak 3 juta barel per hari sampai 3,5 juta barel per hari.

Sementara itu, pemangkasan belanja modal perusahaan produsen minyak dunia mungkin bisa menyusutkan pasokan global sehingga harga bisa melonjak. Nantinya, ancaman defisit pasokan pun sulit untuk dikembalikan dengan produksi luar biasa dari shale oil.

Sementara itu, Royal Dutch Shell Plc. pun membuat asumsi bahwa harga minyak akan berada di kisaran US$90 per barel pada rentang 2018 sampai 2020. Namun, pada Desember 2020, khusus minyak Brent akan turun ke level US$75.

Luke Parker, Direktur Riset Wood Mackenzie, mengatakan semakin lama dan rendah posisi harga  minyak, maka harga komoditas energi itu juga siap untuk rebound dengan cepat.

“Saat ini mulai ada volume transaksi yang diambil untuk melihat prospek pertumbuhan produksi minyak ke depannya,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Selasa (28/4).

Wood Mackenzie memperkirakan perusahaan minyak dunia akan memangkas belanja modalnya senilai US$126 juta setelah harga minyak masih berada di level rendah.

Lalu, harga minyak khusus untuk Brent diprediksi akan kembali jatuh ke level US$75 pada Desember 2020.

Wood Mackenzie juga memperkirakan 50 besar perusahaan minyak dunia telah memangkas biaya investasi minyak sebesar US$18 per barel sampai dengan US$72 per barel.

Adapun, Paul Horsnell, analis Standart Chartered Bank Plc., mengatakan pemangkasa investasi memang akan berdampak pada harga untuk jangka panjang.

“Tapi, kami melihag situasi harga minyak yang kurang konsisten sehingga harga bisa tetap rendah untuk jangka panjang karena kondisi pasokan yang kian melimpah,” ujarnya.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 14:16 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 1,23% menjadi US$56,29 per barel, sedangkan harga minyak Brent turun 1,02% menjadi US$64,17 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Sumber : bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper