Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adhi Karya (ADHI) Jajaki Pinjaman dari China Development Bank Rp7 Triliun

Kontraktor pelat merah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. tengah menjajaki pinjaman dengan China Development Bank senilai maksimum Rp7 triliun untuk pembangunan light rapid transit (LRT).
Karyawan berjalan di depan papan elektronik pergerakan IHSG, di Bursa Efek Jakarta./JIBI- Abdullah Azzam
Karyawan berjalan di depan papan elektronik pergerakan IHSG, di Bursa Efek Jakarta./JIBI- Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Kontraktor pelat merah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. tengah menjajaki pinjaman dengan China Development Bank senilai maksimum Rp7 triliun untuk pembangunan light rapid transit (LRT).

Direktur Adhi Karya Supardi mengatakan perseroan telah melakukan pembicaraan dengan pihak China Development Bank (CDB) bersamaan saat Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno melakukan lawatan ke negeri Tirai Bambu tersebut.

"Sekarang kami sedang membicarakan pinjaman dengan China Development Bank untuk mendapatkan rate yang baik," ungkapnya dalam paparan publik di Bursa Efek Indonesia, Kamis (23/4/2015).

Dia mengatakan, pinjaman dari CDB tersebut nantinya akan dikombinasikan dengan utang perbankan lokal terutama dari bank BUMN. Perseroan masih memiliki standby loan dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Kebutuhan dana untuk pembangunan LRT hingga Rp10 triliun. Sebanyak Rp3,5 triliun kebutuhan dana akan dianggarkan dari ekuitas perseroan, sisanya dari pinjaman perbankan, termasuk dari CDB.

Pembanguan LRT, katanya, diperkirakan membutuhkan dana Rp6,7 triliun untuk konstruksi transportasi. Sisanya, lebih dari Rp3,3 triliun kebutuhan dana untuk pembangunan properti di stasiun-stasiun LRT.

Pendanaan transportasi LRT akan memiliki porsi 70% pinjaman, dan sisanya 30% dari ekuitas. Sebaliknya, untuk properti di stasiun LRT dapat memanfaatkan dana prapenjualan bagi kebutuhan pembangunan.

"Secara otomatis utang bisa ditekan. Kalau dari bank hanya untuk kebutuhan infrastruktur LRT," paparnya.

Dia mengungkapkan, kebutuhan dana LRT berasal dari penerbitan saham baru melalui mekanisme right issue. Diperkirakan, dana hasil right issue mencapai Rp2,7 triliun dengan dana penyertaan modal negara (PMN) Rp1,4 triliun dan dari publik Rp1,34 triliun.

Proses right issue akan menggunakan laporan keuangan tahun buku 2014. Diperkirakan, proses right issue akan terlaksana pada Juni tahun ini setelah penunjukan penjamin pelaksana emisi selesai pada akhir April 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Sukirno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper