Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepemilikan Saham oleh Reksa Dana Diprediksi Terus Meningkat

Meski pasar saham sedang sangat berfluktuatif, kepemilikan efek saham oleh reksa dana diprediksi masih terus meningkat tahun ini. Per Maret 2015, kepemilikan saham oleh reksa dana asing mencapai Rp360,52 triliun

Bisnis.com, JAKARTA - Meski pasar saham sedang sangat berfluktuatif, kepemilikan efek saham oleh reksa dana diprediksi masih terus meningkat tahun ini. Per Maret 2015, kepemilikan saham oleh reksa dana asing mencapai Rp360,52 triliun.

Jumlah tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan akhir tahun lalu. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kepemilikan efek saham oleh reksa dana asing pada akhir lalu tercatat Rp343,24 triliun.

Dengan demikian, bila dibandingkan dengan data per Maret 2015, kepemilikan efek saham oleh reksa dana asing meningkat 5,03% menjadi Rp360,52 triliun.

Adapun, kepemilikan efek saham oleh reksa dana lokal tercatat turun tipis 0,29% menjadi Rp122,17 triliun dari kepemilikan akhir tahun lalu yang Rp122,17 triliun.

Hans Kwee, Vice President PT Quant Kapital Investama mengatakan bila melihat perkembangan saat ini, alokasi aset reksa dana saham memang terus meningkat. Bahkan, meskipun pasar saham sedang memiliki banyak tantangan saat ini, tren kepemilikan efek saham oleh reksa dana akan terus meningkat.

“Kondisi pasar saham sangat fluktuaktif saat ini, kadang untung sekali, kadang rugi sekali. Banyak juga dari mereka yang akhirnya pindah ke reksa dana, masuk ke reksa dana saham,” kata Hans saat dihubungi Bisnis, Minggu (19/4/2015).

Bila dilihat saat ini, selain kepemilikan efek saham, kepemilikan obligasi terutama obligasi negara oleh reksa dana juga tumbuh pesat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU), kepemilikan surat berharga negara (SBN) per 8 April 2015 oleh reksa dana mencapai Rp50,68 triliun.

Nilai tersebut tumbuh sekitar 10,68% dari perolehan akhir 2014 yang senilai Rp45,79 triliun. Adapun, pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (akhir 2013-8April 2014) yang hanya tumbuh 4% dari Rp42,50 triliun menjadi Rp44,20 triliun. Selain itu, nilai tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak 2011.

Hans menilai, kepemilikan obligasi negara oleh reksa dana juga tumbuh bagus saat ini. Namun, ke depan kepemilikan efek saham oleh reksa dana masih akan terus meningkat. Ada kemungkinan, kata Hans, pertumbuhannya akan melampaui pertumbuhan kepemilikan reksa dana di obligasi negara.

Menurutnya, pasar obligasi juga tidak begitu bagus saat ini seiring dengan yield yang terus turun dan harga yang lebih tinggi. Meski demikian, ada keuntungan juga dengan obligasi negara. Dia menilai, meski pasar obligasi negara juga tengah volatile, tapi tidak setinggi fluktuasi di pasar saham.

Dia mencontohkan, bila di pasar saham terjadi goncangan maka aksi jual bersih biasanya banyak dilakukan oleh investor. Adapun, pertumbuhan kepemilikan obligasi negara memang lebih tinggi saat ini dibandingkan dengan pertumbuhan kepemilikan saham oleh reksa dana.

“Tapi, ditambah pertumbuhan kelas menengah yang mulai banyak memikirkan investasi, setelah semester II atau setelah pengumuman The Fed, pasar saham akan bagus,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper