Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA EMAS Stagnan, Sentimen China dan Yunani Tahan Pelemahan Lebih Lanjut

Harga emas tetap bertahan di level US$1.200 di tengah kekhawatiran pasar terkait potensi inflasi Amerika Serikat yang berpotensi naik lebih tinggi lagi. Namun, polemik perekonomian Yunani dan kebijakan moneter China menahan pelemahan harga emas lebih jauh lagi.
harga emas stagnan/ilustrasi
harga emas stagnan/ilustrasi

Bisnis.com, MELBOURNE – Harga emas tetap bertahan di level US$1.200 di tengah kekhawatiran pasar terkait potensi inflasi Amerika Serikat yang berpotensi naik lebih tinggi lagi. Namun, polemik perekonomian Yunani dan kebijakan moneter China menahan pelemahan harga emas lebih jauh lagi.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 11:35 WIB, harga emas Gold Spot stagnan cenderung turun 0,01% menjadi US$1.204 per troy ounce atau Rp498.440 per gram, sedangkan harga beli emas Antam naik 0,18% menjadi Rp547.000 per gram denga  harga buyback Rp487.000 per gram.

Victor Thianipiriya, analis Australia & New Zealand Banking Group Ltd., mengatakan pasar pun sebenarnya tengah ragu apakah data ekonomi Amerika Serikat (AS) untuk ke depannya akan terus negatif seiring data pada bulan lalu sebagian besar negatif.

“Namun, Federal Reserve (the Fed) tampaknya masih optimis target inflasi akan tercapai,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Senin (20/4).

Kedua hal itu yang membuat pasar emas dilema dalam menentukan sikap jangka panjang untuk logam mulia tersebut.

Sementara itu, kebijakan moneter Bank of China (BOC) menurunkan rasio cadangan wajib diprediksi dapat meningkatkan pembelian emas fisik. Pasalnya, penurunan rasio kali ini menjadi yang terbesar sejak 2008.

Adapun, polemik perekonomian kembali mencuat setelah Barrack Obamma, Presiden AS dan Mario Draghi, Presiden Europe Bank Central (ECB) meminta pemerintah Yunani melakukan kebijakan yang lebih berpengaruh lagi untuk mengurangi potensi risiko kekosongan kas negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper