Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA EMAS Stagnan, Pasar Tunggu Data Inflasi AS

Harga emas cenderung bergerak stagnan setelah pasar sedang menunggu data indeks harga konsumen Amerika Serikat yang akan rilis pada hari ini.
harga emas cenderung stagnan/ilustrasi
harga emas cenderung stagnan/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas cenderung bergerak stagnan setelah pasar sedang menunggu data indeks harga konsumen Amerika Serikat yang akan rilis pada hari ini.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 10:16 WIB, harga emas Gold Spot turun tipis 0,06% menjadi US$1.197 per troy ounce atau Rp494.118 per  gram, sedangkan harga beli emas Antam 0,72% menjadi Rp546.000 per  gram dengan harga buyback Rp485.000 per gram.

James Steel, analis HSBC Securities Inc., mengatakan data ekonomi Amerika Serikat (AS) masih kurang jelas. Namun, harga emas tampaknya bisa mendapatkan tekanan dari data ekonomi AS ke depannya.

“Data Indeks Harga Konsumen AS pada Maret bisa jadi menjadi titik utama penekan harga emas nantinya,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Jumat (17/4).

Harga emas sempat mendapatkan dukungan dari anjloknya data manufaktur New York pada Maret yang menandakan pertumbuhan ekonomi di AS tidak merata. Lalu, data Indeks Harga Konsumen pun diprediksi berpotensi negatif dengan perkiraan dalam rentang 0,1% sampai 0,5%.

Sebelumnya, indeks harga konsumen pada Februari naik ke 0,2% setelah pada Januari anjlok sebesar -0,7%.

Data indeks harga konsumen yang akan rilis nanti bisa jadi menjadi acuan pasar untuk menentukan sikap spekulasi apakah Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga pada tahun ini atau tidak.

Jameel Ahmad, Kepala Analis Pasar FXTM Ltd., mengatakan suku bunga the Fed mungkin akan dinaikkan pada September nanti. Bila dipastikan kenaikan suku bunga the Fed kembali ditunda, harga emas mungkin akan kembali menguat dalam rentan terbatas.

“Kenaikan suku bunga yang dipercepat atau kembali ditunda mempunyai dampak positif dan negatif tersendiri. Namun, kenaikan suku bunga yang lebih cepat belum tentu juga menghentikan penguatan dolar AS untuk ke depannya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Surya Rianto
Sumber : bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper