Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KURS RUPIAH 16 APRIL 2015: Rupiah Menguat Signifikan, Ini Penjelasan Bank Indonesia

Bank Indonesia menilai penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini merupakan dampak dari pelemahan mata uang Amerika Serikat secara global.
Rupiah/JIBI-Rachman
Rupiah/JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA- Bank Indonesia menilai penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini merupakan dampak dari pelemahan mata uang Amerika Serikat secara global.

Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan nilai tukar rupiah pagi ini menembus level di bawah Rp12.900, dan sempat mencapai level Rp12.810. Kondisi ini lebih baik dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin yang tercatat sebesar Rp12.976 per dolar AS.

"Yang terjadi adalah pelemahan dolar AS secara global terhadap mata uang negara lain, termasuk Rupiah. Kita melihat ekonomi AS yg diumumkan semalam cenderung memburuk. Data aplikasi mortgage di sektor perumahan melemah 0,4% menjadi -2,3%. Sementara sektor manufaktur AS juga menunjukkan pelemahan. Data empire manufacturing AS turun tajam dari 6,9 ke -1,19," papar Mirza dalam pernyataan resmi sore ini, Kamis (16/4).

Di sisi lain, Mirza menjelaskan peningkatan penjualan ritel AS pada Maret, berada di bawah ekspektasi pasar, sebesar 0,9% dibandingkan dengan ekspektasi 1,1%.

Meskipun laporan regional AS, seperti yang diumumkan dalam Beige Book, menunjukkan data perbaikan di beberapa daerah, tekanan masih tercermin pada upah dan harga, di samping turunnya harga minyak dan dampak musim dingin.

"Intinya,  secara umum, pergerakan Rupiah pada hari ini sebagian besar dipengaruhi oleh data ekonomi AS [data dependen]," ujar Mirza.

Data tersebut memberi sinyal pada pelaku pasar bahwa pelemahan data di AS tersebut membuat pelaku pasar mengubah perkiraan mereka tentang waktu, besaran, dan kecepatan (timing, size, and pace) dari normalisasi kebijakan Moneter AS.

Dari sisi domestik, Mirza menambahkan pergerakan nilai tukar rupiah juga mendapat beberapa sentimen positif. Pertama, data neraca perdagangan Indonesia surplus US$1.132 juta.

Surplus itu didorong juga oleh peningkatan ekspor Indonesia. Rilis data tersebut meningkatkan keyakinan bahwa Defisit Neraca Transaksi Berjalan akan membaik di triwulan I/2015.

Kedua, BI akan tetap fokus pada stabilitas. Keputusan RDG menunjukkan bahwa BI akan tetap menjaga sasaran inflasi dan tingkat defisit CAD. Hal ini sedikit banyak memberi tambahan sentimen positif di pasar.

"BI terus memonitor setiap dinamika yang terjadi dan mengambil langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia," tegas Mirza.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fahmi Achmad
Editor : Fahmi Achmad
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper